Djawanews – Mitos mandau terbang di Kalimantan memang melegenda hingga sekarang. Namun tidak sedikit orang yang mempercayai senjata khas Suku Dayak tersebut dapat terbang sendiri dan menebas leher seseorang.
Mandau bagi orang Dayak adalah hal yang wajar dibawa kemana saja, namun menjabut mandau tidaklah boleh sembarangan. Bahkan mandau juga sangat tidak diperbolehkan untuk mengancam orang, dan jika dilakukan akan ada sanksi adat.
Seorang Kaskuser asal Kalimantan, Kanadiyel pernah menuliskan jika orang Dayak mencabut mandau keluar dari sarungnya hanya dalam kondisi darurat, yaitu untuk membela diri.
Berdasarkan kepercayaan turun-menurut Suku Dayak, ketika ada orang yang mencabut mandau dari sarungnya berarti akan ada korban, atas dasar hal tersebut orang tidak boleh sembarangan memainkan mandau.
Peristiwa mandau terbang telah diyakini banyak orang, terutama dalam konflik di Sampit tahun 2001 lalu. Berdasarkan keyakinan Suku Dayak mandau terbang hanya dapat dilakukan oleh tetua suku yang telah memiliki ilmu yang tinggi.
Adapun syarat mandau terbang, yaitu dilakukan dengan sebuah ritual. Mandai akan terbang dengan sendirinya mencari sasaran, dan tidak akan pernah salah sasaran. Meskipun demikian, terdapat kepercayaan lain mandau terbang yaitu melalui Panglima Burung.
Konon para terua dari Suku Dayak akan melakukan ritual dan memanggil Panglima Burung, di mana Panglima Burung akan menerbangkan mandau berdasarkan bau darah.
Meskipun demikian, ritual penerbangan mandau hanya dilakukan dalam keadaan “sangat darurat” dan hal tersebut dilakukan hanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan harga diri keluarga seluruh Suku Dayak.
Selain kepercayaan mandau terbang di Kalimantan, jangan lupa baca juga hal-hal unik dan menarik lainnya, hanya di Konten Serba-Serbi Djawanews.