Djawanews.com – Pandemi COVID-19 telah merubah banyak pola hidup manusia. Hal ini pun berpengaruh pada tingkat kelelahan para pekerja khususnya milenial, atau dengan kata lain dikenal dengan sebutan burnout.
Dikutip dari CNBC pada Kamis (23/12), penelitian dari Gallup dan MetLife mengungkap jika tingkat kelelahan di tempat kerja sudah mencapai titik tertinggi para karyawan di Amerika Serikat (AS).
Dari sekian banyak pekerja yang mengalami kelelahan, ternyata kebanyakan dari mereka merupakan generasi milenial.
Tingkat kelelahan para pekerja pun meningkat dari 27% di tahun 2020 menjadi 35% di tahun 2021. Sedangkan peningkatan paling banyak terjadi pada generasi milenial dibandingkan generasi lainnya.
Di samping itu, ditemukan pula 42% pekerja dari generasi milenial melaporkan jika mereka mengalami kelelahan dan stres yang cukup berat. Sedangkan 35% Gen Z, 27% Gen X dan 21% Baby Boomers melaporkan hal serupa.
Minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) selama masa pandemi juga menjadi faktor perusahaan berjuang untuk mempertahankan keuangan mereka, sehingga hal ini berdampak pada tingkat stres para pekerjanya.
Banyak dari mereka yang mau tak mau harus bekerja keras berkali-kali lipat akibat kekurangan SDM. hal ini pun membuat banyak generasi milenial merasa kelelahan.
Selain itu, peningkatan stres juga diakibatkan oleh kurangnya dukungan, komunikasi yang terbatas antara pegawai dengan atasan, serta beban kerja yang tak mampu dikelola dengan baik.
Maka itu, untuk bisa mengatasi masalah ini, hal terbaik yang bisa dilakukan ialah memberikan dukungan serta manfaat lebih kepada para pekerja.
"Saat kami membayangkan kembali tenaga kerja masa depan, pengusaha harus mempertimbangkan berbagai kebutuhan manajer mereka, dan alat apa yang mungkin mereka perlukan untuk kesuksesan jangka panjang," kata Missy Plohr-Memming, wakil presiden senior kelompok manfaat di MetLife.