Djawanews – Idul Adha tiba, pembantaian sapi besar-besaran dilakukan di Nusantara. Daging dibagi, dapur mengepul asap, rendang pun tersaji di meja makan. Banyak orang menyantapnya, tapi tidak tahu makna filosofi rendang.
Rendang memang dikenal sebagai nama makanan, namun tahukah jika ‘rendang’ adalah sebuah teknik memasak. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan jurnal penelitian yang bejudul Rendang: The Treasure of Minangkabau.
Jurnal tersebut menuliskan jika “rendang” berasal dari kata “marandang” yang berarti “secara lambat”. Kenapa “lambat”, ya semua orang tahu untuk memasak rendang yang enak dibutuhkan waktu pengolahan yang ekstra lama.
Selanjutnya, terkait dengan makna filosofis, masyarakat Minang sendiri yakin jika ada 3 makna tentang rendang di antaranya kesabaran, kebijaksanaan, dan ketekunan. Tiga hal tersebut adalah kunci dalam memasak rendang agar menghasilkan cita rasa yang “mak nyus”.
Terkait dengan bahan-bahan yang digunakan, dalam buku Randang Bundo (2019) menerangkan terdapat empat bahan pokok sebagai perlambangan masyarakat Minang.
Pertama adalah dagiang (daging) yang merupakan niniak mamak yang berarti para pemimpin suku adat. Kedua adalah karambia (kelapa) yang merupakan lambang dari cadiak pandai atau kaum Intelektual.
Ketiga adalah lado (cabai) yang merupakan simbol dari alim atau ulama. Terakhir adalah pemasak (bumbu) yang merupakan menggambarkan lambah dari keseluruhan masyarakat Minangkabau.
Masih ada rencang di meja makan? Selain makna filosofis rendang, baca juga hal-hal unik dan menarik lainnya, hanya di Konten Serba-Serbi Djawanews.