Djawanews.com—Orang-orang di dunia merasa tak berdaya di depan Covid-19. Bermacam-macam informasi tentang pandemi ini silang sengkarut, namun ini bukan hanya soal kesehatan. Orang-orang kehilangan pekerjaan, merasa takut, terkunci di rumah, khawatir tentang orang yang mereka cintai dan bertanya-tanya tentang persediaan makanan.
Berbagai macam respon pun muncul. Ada yang menikmati kebersamaan bersama keluarga, ada yang mulai menikmati bekerja dari rumah, namun tidak sedikit yang tertekan secara psikologis. Bagaimana kaum Stoa yang terkenal selalu santai menghadapi masalah merespon?
Dilansir Djawanews dari The Guardian, berikut cara tetap tenang ala kaum Stoa dalam menghadapi pandemi.
Cara Tidak Panik Menghadapi Pandemi ala Kaum Stoa
1. Tetap Tenang
Di saat-saat seperti ini mudah untuk menjadi gelisah. Kaum Stoa berjuang untuk ketenangan dan percaya bahwa pikiran kita kuat dan menciptakan surga atau neraka mereka sendiri. Seneca berkata, “Kita lebih sering takut daripada terluka; dan kita lebih menderita dalam imajinasi daripada kenyataan.”
Orang-orang Stoa menghargai pemikiran rasional, bertindak berdasarkan informasi yang baik dan merenungkan situasi daripada bertindak dengan gegabah atau panik menghadapai situasi.
Salah satu cara mengatasi kepanikan yang dilakukan orang-orang yang dikarantina di Wuhan yakni dengan rutin menulis di buku harian.
2. Etika
Kaum Stoa percaya bahwa manusia sebagai makhluk sosial harus selalu saling mendukung. Tidak ada wabah yang dapat merusak Anda lebih dari yang Anda lakukan pada diri sendiri melalui karakter buruk.
Karakter adalah poros kunci kaum Stoa. Mereka percaya bahwa kesehatan dan uang dapat diambil kapan saja, tetapi tidak ada yang dapat mengambil karakter. Jadi, Anda perlu menjaganya. Ini sangat penting pada saat darurat global di mana kita perlu bersatu.
Menjaga karakter yang baik misalnya dengan tidak secara rakus mengambil barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat banyak, seperti masker, hand sanitizer, tisu, dll.
3. Kita semua terhubung
Saat karantina dilakukan di Italia, banyak orang yang kabur dan menyebarkan virus ke seluruh pelosok negeri. Mereka bertindak karena rasa takut dan tidak memikirkan kebaikan yang lebih luas dalam mengambil tindakan.
Kaum Stoa percaya manusia satu sama lain memiliki keterkaitan secara mendalam. Menurut Seneca, “kita adalah ombak dari laut yang sama, dedaunan dari pohon yang sama, bunga-bunga dari taman yang sama.”
4. Karantina dan isolasi rumah
Tidak sedikit orang yang bingung tentang apa yang akan dikerjakan selama masa karantina di mana akses sosial ditutup. Kaum Stoa menyarankan menggunakan waktu ini untuk lebih merenungkan kehidupan. Alasannya karena banyak hal yang tertutup rutinitas harian dapat tersingkap di waktu semua rutinitas itu berhenti.
5. Visualisasi Negatif
Teknik ini melibatkan berpikir tentang apa yang paling Anda hargai dalam hidup, lalu bayangkan kehilangan hal itu. Mulai dari kehilangan perhiasan yang berharga hingga membayangkan seseorang yang Anda cintai mati—dalam hal ini akibat Covid-19.
Visualisasi negatif dipraktikkan oleh kaum Stoa karena beberapa alasan, di antaranya memungkinkan kita untuk menghargai orang-orang dan hal-hal yang kita cintai. Kaum Stoa percaya bahwa kita tidak akan menganggap remeh seseorang jika kita sadar bahwa mereka mungkin tidak akan ada dalam hidup kita selamanya.
Ikuti juga hal-hal unik dan menarik lainnya, dari dalam dan luar negeri, yang dibahas Djawanews di sini.