Djawanews.com—Apa yang terjadi ketika hubunganmu dengan orang yang kamu cintai terhalang hanya karena harta. Mungkin yang satu ini masih bisa kamu perbaiki ketika kamu tiba-tiba ketiban durian runtuh dan menjadi kaya mendadak.
Namun bagaimana jika cintamu terhalang oleh kasta; status sosial yang didasarkan pada keturunan. Tentunya akan lebih kompleks dan membutuhkan perjuangan yang tidak main-main. Ada kebudayaan dan kepercayaan yang telah dipegang lama oleh masyarakat setempat yang harus kamu terjang. Dan inilah yang dialami oleh muda-mudi di Bali di mana sistem kasta masih mengakar kuat.
Perjuangan Cinta Dua Sejoli di Bali
Sistem Kasta masih hidup sampai hari ini di wilayah Bali. Hal ini sangat kentara dalam pelaksanaan pernikahan. Seorang pemuda dari kasta yang lebih rendah tidak boleh menikahi gadis dari kasta yang lebih tinggi, atau sebaliknya.
Pada mulanya sistem kasta berfungsi sebagai pembeda profesi. Kasta Brahmana adalah julukan buat para pemuka agama, sementara kasta Ksatria untuk mereka yang duduk di bangku pemerintahan. Kemudian ada kasta Waisya untuk para pedagang, serta kasta Sudra untuk petani dan pekerja. Namun seiring berjalannya waktu sistem kasta menjadi strata sosial yang kompleks pada masyarakat Bali.
Demi kesejahteraan dan ketenangan bersama para pemuda Bali memilih untuk mengikuti sistem kasta tersebut. Namun juga ada beberapa muda-mudi yang memilih memperjuangkan cinta mereka dan melakukan pernikahan beda kasta.
Dilansir Djawanews dari Vice Indonesia, salah satu contohnya yakni apa yang dilakukan Anak Agung Ayu Tribuana Tungga Dewi atau biasa disapa Ayu. Ayu memilih untuk melawan sistem kasta dengan menikahi laki-laki yang berasal dari kasta yang lebih rendah darinya. Karena keputusannya tersebut ia harus merelakan keluarganya.
“Bapak, tante, dan kakak kandung sendiri mewanti-wanti, kalau saya berani nikah sama dia (suaminya waktu itu), kalau ada masalah apa pun nanti, saya enggak boleh pulang kembali ke keluarga,” ungkap Ayu, seperti dilansir Djawanews dari Vice Indonesia, Senin (2/3/2020).
Namun bagi Ayu pernikahan itu masalah hati, dan kebahagiaan tidak berasal dari kasta melainkan dari hati.
“Pernikahan itu masalah hati. Kalau misalnya harus nunggu [ada calon] kasta yang cocok untuk kita, ya kan ruwet jadinya. Kalau senengnya sama yang emang enggak ada kasta, gimana? Kebahagiaan itu bukan ditentukan oleh kasta. Kebahagiaan itu dari hati kita sendiri,” Kata Ayu.
Saat ini Ayu sudah memiliki anak dua dan keluarganya berangsur-angsur sudah mulai menerimanya kembali.
Ikuti hal-hal unik dan menarik lainnya, baik dari dalam ataupun luar negeri, yang telah dibahas Djawanews di sini.