Djawanews.com—Masyarakat muslim Indonesia yang tersebar di berbagai kepulauan memiliki tradisi-tradisi unik merayakan lebaran Idul Fitri yang jatuh tepat pada 1 Syawal. Meskipun saat ini tidak memungkin adanya tradisi syawalan karena pandemi Covid-19.
Masing-masing daerah memiliki tradisi syawalan yang berbeda, namun kesemuanya mengusung makna yang sama yakni menjalin kebersamaan dan persaudaraan seusai melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Dilansir Djawanews dari beberapa sumber, berikut adalah beberapa tradisi syawalan di Indonesia.
Tradisi Syawalan di Berbagai Daerah di Indonesia
-
Grebeg Syawal Yogyakarta
Grebeg Syawal merupakan simbol bersatunya budaya Jawa dan ajaran Islam di Yogyakarta. Tradisi ini telah dimulai sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I yakni sekitar tahun 1725.
Grebeg Syawal Yogyakarta diawali dengan iring-iringan prajurit Kraton Yogyakarta yang mengawal lima gunungan berisi aneka ragam hasil bumi. Iring-iringan gunungan hasil bumi ini terpecah menuju tiga lokasi perayaan grebeg syawal yaitu di halaman Masjid Gede, Puro Pakualaman dan Kantor Kepatihan Yogyakarta.
-
Grebeg Syawal Solo
Seperti halnya Keraton Yogyakarta, Keraton Solo juga memiliki Grebeg Syawal. Grebeg Syawal Keraton Solo merupakan simbol kehidupan manusia tak pernah lepas dari menyatunya laki-laki dan perempuan.
Grebeg Syawal Keraton Solo digelar dengan membawa 2 gunungan berisi hasil bumi dan jajanan pasar. Kedua gunungan itu disebut gunungan jaler (laki-laki) dan setri (perempuan). Gunungan jaler dibawa ke Masjid Agung Surakarta, sedangkan gunungan setri dibawa ke Keraton Solo untuk diperebutkan.
-
Tradisi Bancaan Bali
Tradisi bancaan merupakan acara makan bersama sebagai perayaan Idul Fitri yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Singaraja Warga Kampung Jawa di Singaraja, Bal. Tradisi perekat tali silaturrahmi ini telah ada sejak ratusan tahun lalu dan dilakukan setelah melaksanakan Shalat Id.
Tradisi Bancaan merupakan simbol saling menghormati antar-umat beragama. Tradisi ini dilestarikan masyarakat sekitar sebagai warisan budaya.
-
Mandura Sulawesi Tengah
Warga Palu, Sulawesi Tengah merayakan tradisi syawalan dengan membuat Mandura. Mandura yakni makanan berbahan dasar ketan dan dibungkus menggunakan daun.
Mandura kemudian disusun bertingkat menyerupai gunungan yang melambangkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan diarak keliling kampung sebelum dibawa ke masjid dimana warga berdoa dan makan mandura bersama.
-
Ziarah Rumah Gadang Sumatera Barat
Tradisi ziarah rumah gadang Suku Mandahiliang di Nagari (desa adat) Sikabau, Sumatra Barat hingga saat ini masih dilestarikan sebagai sarana silaturrrahmi dalam merayakan Idul Fitri. Ziarah rumah gadang diawali makan bajamba atau makan bersama dengan menu khas ranah Minang, seperti rendang, gulai ayam, dan hidangan lebaran lainnya.
Sampai saat ini tradisi ziarah rumah gadang masih dilaksanakan enam suku adat yang ada di nagari yakni Suku Malayu, Suku Patapanag Ateh, Suku Patapang Bawuah, Suku Tigo Nini, Suku Piliang, dan Mandahiliang.
Ikuti juga hal-hal unik dan menarik lainnya, dari dalam dan luar negeri, yang dibahas Djawanews di sini.