Djawanews.com—Almajirai adalah sebutan bagi para santri pengemis di Afrika Barat. Sudah menjadi pemandangan yang biasa di persimpangan jalan, di stasiun bus atau di sebuah kerumunan di Nigeria, anak laki-laki mengenakan pakaian compang-camping, memegang mangkuk plastik di tangan mereka dan meminta uang atau makanan.
Awal Mula dan Kehidupan Almajirai
Setiap hari Almajirai mengemis sembari membaca al-Qur’an untuk para imam mereka. Namun alih-alih memberikan, orang-orang yang lewat bahkan menakut-nakuti para santri ini. Jumlah mereka sangat banyak, pernah terdata oleh UNICEF jumlah santri pengemis di Nigeria mencapai 9,5 juta jiwa.
Kenapa hal itu bisa terjadi? Kelompok etnis Haussa dan Fulani dari daerah pedesaan memiliki kebiasaan mengirim putra mereka ke imam di desa dan kota yang lebih besar. Para imam bertanggung jawab atas pendidikan agama anak-anak yang masih berusia sekolah dasar itu. Praktik ini telah berlangsung selama 300 tahun.
Namun yang memperihatinkan adalah kondisi hidup banyak anak yang dipaksa oleh para imam untuk mengemis tersebut sangat buruk. Akomodasinya memprihatinkan. Seringnya mereka harus meminta-minta untuk mendapat makanan. Para imam juga memberikan pukulan kepada pada santri sebagai hukuman.
Selain itu, tidak ada fasilitas sanitasi atau tempat peristirahatan yang aman. Dan ini sangat berbahaya bagi anak-anak ini dalam keadaan pandemi Covid-19 seperti sekarang. Meskipun sampai sekarang belum ada bukti yang menunjukkan hal tersebut.
Melihat hal itu beberapa gubernur Nigeria memutuskan untuk mendeportasi anak-anak lelaki itu ke tanah air mereka. Bahkan ada yang merancang undang-undang pelarangan Almajirai. Namun hal itu tidaklah mudah. Ada alasan para orang tua mengirim anak mereka kepada para imam. Mereka jugakesulitan memberi makan anak-anak mereka.
Ikuti juga hal-hal unik dan menarik lainnya, dari dalam dan luar negeri, yang dibahas Djawanews di sini.