Banten memiliki keunikan yang beragam. Di masa lalu, Banten adalah kota pelabuhan sekaligus wilayah perdagangan internasional yang ramai dikunjungi orang-orang dari berbagai belahan dunia. Mereka melakukan berbagai aktivitas di Banten, termasuk perdagangan. Banyaknya pendatang yang datang ke Banten memungkinkan akulturasi kebudayaan terjadi, termasuk dari segi pakaian adat. Ada beberapa jenis dan nama pakaian adat Banten yang sampai sekarang masih lestari.
Jenis dan Nama Pakaian Adat Banten
Banten memiliki beragam jenis pakaian adat. Masing-masing dari mereka memiliki namanya sendiri. Djawanews akan memberikan informasi tersebut kepada Anda.
1. Pakaian Adat Baduy
Tahukah Anda bahwa Banten memiliki suku asli, yakni Suku baduy. Sampai sekarang, Suku Baduy masih memegang erat hukum adat dan kebudayaan mereka. Dalam perkembangannya, Suku Baduy dibedakan menjadi dua jenis, Baduy Dalam dan Baduy Luar. Keduanya dibedakan dari penerimaan pengaruh luar dalam kebudayaan mereka. Masing-masing juga memiliki pakaian adatnya sendiri-sendiri.
Pakaian adat Suku Baduy Dalam adalah Jaman Sangsang. Pakaian mereka berwarna putih polos yang digunakan dengan cara disangsangkan atau digantungkan di badan. Bahan yang mereka gunakan juga terbuat dari serat kapas asli.
Baju mereka berbeda dengan baju pada umumnya, karena hanya memiliki lubang di leher yang dibuat tanpa kerah dan lubang di bagian lengan. Jaman Sangsang juga tak memiliki kancing serta saku dan hanya dijahit menggunakan tangan.
Bawahan pakaian Baduy Dalam mengenakan sarung warna hitam atau biru tua yang dililit di pinggang. Mereka juga mengenakan ikat kepala dari kain berwarna putih.
Berbeda dengan pakaian Baduy Dalam, pakaian Baduy Luar justru berwarna hitam. Nama baju adat Baduy Luar adalah baju kampret (baju kelelawar) karena warnanya yang hitam. Bentuk baju adat Baduy Luar sedikit lebih modern karena dijahit dengan mesin, memiliki kancing, kantong, dan tak harus terbuat dari kapas murni. Meski memiliki warna yang berbeda, orang Baduy Luar juga sering mengenakan ikat kepala yang berwarna biru tua dengan corak batik.
2. Pakaian Adat Penganten
Seperti namanya, jenis pakaian adat ini hanya dipakai oleh penganten yang sedang melakukan pesta pernikahannya. Pakaian ini memang memiliki desain dan motif yang berbeda dari pakaian Baduy, bahkan lebih mirip dengan pakaian adat pengantin Sunda. Hal itu wajar terjadi karena wilayah Banten juga terpengaruh budaya Sunda.
Pakaian adat Penganten pria dan wanita tentu berbeda. Pengantin pria Banten mengenakan pakaian adat yang terdiri dari penutup kepala, yang disebut dengan blankon, baju koko berkerah sebagai atasan, kain samping atau batik khas Banten sebagai bawahan, sabuk dari kain batik dengan motif yang sama, selop, dan sebilah parang atau golok sebagai pelengkap.
Sedangkan untuk Penganten wanita, mereka mengenakan hiasan di kepala. Hiasan tersebut berupa kembang goyang berwarna keemasan dan rangkaian bunga melati yang diselipkan di sanggulnya.
Untuk atasannya mereka mengenakan kebaya, lalu kain samping atau batik sebagai busana bawahan. Mereka juga mengenakan selendang yang diselempangkan di bahu. Penganten wanita mengenakan selop berwarna hitam atau putih sebagai alas kaki. Warna disesuaikan dengan baju atasan yang dipakai oleh pengantin wanita.
3. Baju Pangsi
Meski sering disebut sebagai baju silat atau debus tradisional dari Banten, tak jarang pula kaum laki-laki Banten mengenakan pakaian ini di kehidupan sehari-hari. Pakaian ini komprang atau longgar dan tak banyak motifnya.
Nama pakaian adat Banten ini kependekan dari Numpang ka Sisi (Pangsi). Istilah itu dapat diartikan sebagai menumpang atau dibelitkan, seperti memakai sarung. Pakaian Pangsi terdiri dari tiga bagian, yakni Nangtung, Tangtung, dan Samping.