Djawanews.com – Hasil studi terbaru Global Flourishing Study (GFS) yang dilakukan oleh peneliti dari Harvard University, Baylor University, dan Gallup menempatkan Indonesia sebagai negara paling sejahtera di dunia.
Pencapaian ini mengejutkan banyak pihak, mengingat Indonesia berhasil mengungguli negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa dalam hal kesejahteraan menyeluruh (flourishing).
Dilansir dari laman South China Morning Post, GFS melibatkan lebih dari 200.000 responden dari 23 negara selama periode 2022–2024. Berbeda dengan World Happiness Report yang berfokus pada kepuasan hidup dan ekonomi, GFS menilai lima dimensi utama:
- Kebahagiaan dan kepuasan hidup
- Kesehatan mental dan fisik
- Makna dan tujuan hidup
- Karakter dan kebajikan
- Hubungan sosial yang dekat
Indonesia menempati peringkat pertama dengan skor 8,47 dalam lima kategori tersebut, mengungguli negara-negara seperti Meksiko, Filipina, bahkan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Menurut para peneliti, Indonesia menonjol karena kekuatan hubungan sosial dan keagamaan yang sangat kuat. Partisipasi dalam kegiatan keagamaan dan sosial menjadi penopang utama kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Rakhmat Hidayat, menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia menganggap kebahagiaan lebih banyak datang dari interaksi sosial ketimbang kekayaan materi.
"Masyarakat kita punya budaya gotong royong yang sangat kuat, dan nilai kebersamaan lebih diutamakan daripada pencapaian individual," ujarnya.
Selain itu, nilai-nilai religiusitas dan praktik budaya seperti narimo, yakni menerima keadaan hidup dengan ikhlas, turut memperkuat daya tahan psikologis masyarakat. Hal ini memungkinkan mereka tetap merasakan makna dan kebahagiaan dalam hidup, bahkan dalam kondisi ekonomi yang tidak ideal.
Indonesia juga dikenal sebagai negara paling dermawan di dunia berdasarkan World Giving Index, yang menilai kecenderungan masyarakat dalam memberi dan membantu sesama. Hal ini menjadi indikasi bahwa masyarakat Indonesia memiliki kepedulian sosial yang tinggi, salah satu aspek penting dari kesejahteraan menurut GFS.
Psikolog Universitas Diponegoro, Hastaning Sakti, menambahkan bahwa sikap dermawan dan kepedulian terhadap sesama banyak dipengaruhi oleh ajaran agama, terutama Islam yang dianut mayoritas penduduk Indonesia.
"Agama mengajarkan untuk berbuat baik, dan masyarakat menerapkan itu dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Salah satu pesan penting dari studi ini adalah bahwa kesejahteraan tidak semata-mata ditentukan oleh kekayaan. Negara maju dengan pendapatan tinggi seperti Jepang justru mencatat skor kesejahteraan yang lebih rendah dibanding Indonesia.
Dalam artikel opini mereka di The New York Times, para penulis studi GFS mengajak negara-negara maju untuk mempertimbangkan bahwa hubungan sosial, rasa memiliki tujuan, dan koneksi spiritual adalah faktor yang sama pentingnya, jika bukan lebih dibandingkan kemajuan ekonomi.
Meskipun Indonesia dinobatkan sebagai negara paling sejahtera, para ahli mengingatkan agar pencapaian ini tidak membuat kita lengah atau merasa puas. Rakhmat Hidayat menyarankan agar pemerintah menggunakan data ini untuk memperkuat pendidikan karakter di sekolah serta mendorong gaya hidup sederhana di kalangan pejabat dan masyarakat luas.
“Kita harus tetap bekerja keras membangun negara, tetapi jangan lupakan nilai-nilai sosial dan moral yang menjadi kekuatan utama bangsa ini," tuturnya.
Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa kesejahteraan sejati tidak hanya terletak pada kekayaan materi, tetapi juga pada kekuatan sosial, spiritualitas, dan makna hidup yang mendalam. Dalam era modern yang semakin individualistik, pelajaran dari Indonesia ini menjadi pengingat penting bagi dunia global.