Djawanews.com – Anak-anak tampaknya memiliki emosi yang lebih kuat dibandingkan orang dewasa. Dalam hal ini, sejumlah psikolog telah melakukan penelitian namun belum tuntas. Meski demikian, data yang didapatkan dari sejumlah penelitian tersebut cukup bisa diandalkan.
Penelitian menemukan emosi yang dimiliki anak-anak sebenarnya sama kuat dengan orang dewasa. Hanya saja, orang dewasa lebih bisa mengelola bereaksi terhadap emosinya. Bahkan orang dewasa bisa saja menyembunyikan atau memanipulasi emosi yang dirasakannya.
Emosi anak-anak lebih intens
Menurut temuan mahasiswa yang menempuh studi Ph.D. dalam Psikologi Klinis, Affective Neuroscience and Develepment Lab., Universitas Harvard, menemukan secara keseluruhan bahwa intensitas emosi menurun secara konstan mulai usia 4 hingga 25 tahun. Penelitian sebelumnya menandai usia penurunan intensitas emosi pada usia 10 hingga 14 tahun. Temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa anak, remaja, dan orang dewasa mungkin memiliki reaksi intens yang sama ketika situasi emosional sangat terkendali. Namun ada kemungkinan anak-anak dan remaja memilih memasuki situasi yang intens secara emosional dibandingkan orang dewasa.
Hal di atas berkaitan dengan bagaimana seseorang dapat mengatur emosi mereka. Mampu mengatur emosi berarti membantu seseorang mengurangi intensitas emosi. Lebih dari itu, semakin bertambahnya usia, seseorang lebih baik dalam mengatur emosi mereka. Kalau menurut temuan pencitraan otak, anak-anak mulai bisa mengembangkan pengaturan emosi pada usia 5-11 tahun. Nah, kalau orang dewasa lebih mampu mengatur emosi dibanding anak-anak dan remaja, artinya mereka bisa mengurangi intensitas perasaannya.
Secara berjenjang, anak-anak hanya bisa memikirkan emosi satu dimensi. Berbeda dengan remaja yang bisa memikirkan emosi dalam beberapa dimensi, termasuk menilai emosi secara dikotomis, baik dan buruk. Selain itu, anak-anak memiliki lebih sedikit pengalaman dengan dunia. Sehingga hal-hal baru dapat memperparah pengalaman emosional. Tetapi otak anak justru lebih bisa memprioritaskan pada hal baru sehingga berpeluang merasakan emosi tinggi dan emosi rendah.
Anak-anak masih belajar meregulasi emosi
Menurut Kristen Lindquist, Associate Professor, Psikologi dan Ilmu Saraf, Universitas North Carolina menjelaskan bahwa perbedaan emosi antara anak-anak dan orang dewasa menarik sekaligus sulit untuk dijawab secara ilmiah. Setidaknya pada bayi sebelum bisa berkomunikasi secara verbal, kita tidak bisa menanyakan langsung tentang apa yang mereka rasakan. Secara lebih luas, sulit mengetahui secara empiris apakah rasa takut Anda sama dengan rasa takut orang lain. Sehingga sulit mengukur perbedaan antara emosi anak dengan orang dewasa.
Meskipun begitu, da alasan ilmiah untuk meyakini bahwa emosi anak-anak umumnya lebih kuat dibandingkan orang dewasa. Pertama, anak-anak memiliki sedikit pengalaman tentang dunia sehingga memperparah pengalaman emosional dan berpeluang untuk emosi yang tinggi dan rendah karena mereka cenderung mencari hal-hal baru dibandingkan orang dewasa.
Kedua, anak-anak mengalami emosi lebih intens karena mereka kurang mampu meregulasi emosi. Orang dewasa memiliki kekuatan kosakata emosi yang diperoleh dengan susah payah yang membantu mereka mengetahui apa yang mereka rasakan dalam berbagai konteks dan apa yang harus dilakukan terhadap perasaan tersebut. Misalnya, ketika Anda merasa gelisah terhadap atasan Anda, Anda dapat mengidentifikasi perasaan itu sebagai kemarahan, menggigit lidah, dan melontarkan amarah. Anak-anak yang masih sangat kecil belum memiliki kemampuan refleksi diri, dan seiring berjalannya waktu mereka baru menyadari bahwa perasaan tertentu berarti mereka merasakan emosi tertentu.
Korteks prefrontal yang berfungsi mengatur emosi belum matang pada anak-anak
Melansir Gizmodo, kekuatan mengatur emosi diatur oleh korteks prefrontal yang sepenuhnya matang sampai usia sekitar 25 tahun. Bagian otak ini membantu mengarahkan perhatian, memanfaatkan pengetahuan, dan mengatur perilaku. Anak-anak masih bergantung pada orang dewasa untuk membantu mereka mengatur emosi dengan memberi label pada perasaan mereka.
Kalau anak-anak memiliki pengasuh yang mahir dalam mengambil langkah-langkah pengaturan emosi, mereka akhirnya bisa belajar mengatur emosi mereka sendiri. Oleh karena itu, mengenali kemampuan anak-anak dan memberikan contoh strategi pengaturan emosi yang baik dapat membantu mereka mengalami emosi yang tidak terlalu intens.
Itulah penjelasan para pakar mengenai anggapan kenapa anak-anak memiliki emosi lebih kuat dibandingkan orang dewasa. Tetapi, beberapa anak mungkin lebih bijaksana daripada usianya. Berarti temuan ilmiah tentang alasan kenapa anak-anak memiliki emosi lebih kuat dibandingkan dengan orang dewasa tidak bersifat mutlak.