Djawanews.com – Sugar craving atau keinginan untuk terus-menerus mengonsumsi makanan manis, yang dikenal sebagai, bisa terjadi pada setiap orang. Dalam jumlah tertentu, sugar craving biasanya tidak berbahaya, dengan catatan kadar gula darah normal.
Sugar craving bisa disebabkan berbagai faktor, di antaranya stres, kondisi mental, ketidakseimbangan hormon, dan kondisi kesehatan tertentu. Berikut penjelasan selengkapnya.
- Kebiasaan, rasa bosan, dan nostalgia
Dalam jurnal Appetite, penelitian The Phenomenology of Food Cravings: The Role of Mental Imagery menunjukkan keinginan makan bisa didorong oleh ingatan daripada isyarat tubuh. Apakah Anda ingin makan makanan manis dan mewah saat ingat suasana keluarga yang hangat, pesta, hari raya, atau acara sosial lainnya? Jika Anda ingin makan apple crumble buatan ibu, mungkin Anda sedang rindu pada kumpul keluarga pada saat memakannya.
Kenangan yang baik, dapat menjadi penguat positif, tetapi bisa jadi kebiasaan buruk kalau tidak disadari dan dikontrol. Melansir VeryWellMind, sugar craving juga bisa didorong oleh rasa bosan karena makan makanan harian yang begitu-begitu saja. Atau bisa juga karena kebiasaan menyantap desserts atau makanan penutup sehabis makan.
- Kondisi mental, seperti stres, depresi, ataupun trauma
Penelitian yang lain menemukan, korteks prefrontal otak diaktifkan ketika seseorang mengurangi keinginan makan, terutama untuk makan makanan manis dan karbohidrat. Tetapi area otak yang lain, yaitu hipoccampus, akan bekerja dengan mekanisme berbeda ketika orang tersebut stres, depresi, trauma sehingga kebiasaan makan pun berubah dan berkemungkinan menyukai makan-makanan yang dianggap menenangkan meskipun dalam porsi tak terkontrol jadi kebiasaan yang buruk.
- Ketidakseimbangan hormon
Sebuah teori menjelaskan keterlibatan peran hormon serotonin saat ingin makan. Serotonin adalah neurotransmitter yang diperlukan untuk mengatur suasana hati. Para peneliti percaya, ketidakseimbangan serotonin di otak berkontribusi terhadap perkembangan depresi. Menurut penelitian diterbitkan dalam jurnal Nutrition, saat Anda menginginkan makanan karbohidrat dan manis, biasanya tertarik pada makanan yang mendorong produksi serotonin.
Salah satu cara mengatasi sugar craving karena ketidakseimbangan hormon serotonin, adalah dengan makan makanan yang banyak mengandung triptofan. Seperti makanan laut, telur, dan daging unggas. Pasalnya, penelitian menemukan bahwa kurang triptofan dalam tubuh meningkatkan rasa lapar dan mendorong keingnan makan serta berkontribusi terhadap gejala depresi. Bisa juga mengonsumsi buah, granola bar, atau yoghurt sebagai makanan manis yang lebih sehat.
Fluktuasi hormon juga dialami perempuan dalam siklus menstruasi. Biasanya, cenderung ingin makan makanan manis sebelum dan selama menstruasi karena kadar estrogen dan progesteron berfluktuasi.
- Tanda tubuh kurang magnesium
Dalam beberapa kasus, ingin makan cokelat mungkin jadi tanda tidak mendapatkan cukup magnesium dalam makanan yang dimakan. Meskipun cokelat bukan satu-satunya makanan yang mengandung magnesium. Misalnya menggantinya lebih variatif, seperti kacang-kacangan dan polong-polongan. Cokelat hitam mungkin jadi pilihan yang lebih baik karena mengandung flavonoid dan antioksidan tinggi serta bermanfaat untuk kesehatan.
Cara mengatasi ingin makan makanan manis terus-menerus atau sugar craving, pertama tetaplah berkesadaran dalam mengonsumsi makanan yang Anda pilih untuk dimakan. Kalau memungkinkan, tukar menjadi makanan yang lebih sehat dan tetap membuat Anda senang. Kedua, tetaplah beraktivitas, terhidrasi cukup, dan makan dengan baik.