Djawanews.com – Terdapat plus minus ketika Anda akan memulai investasi reksa dana selama pandemi. Reksa dana sama seperti investasi lainnya yang mengalami tidak kejelasan, untuk itu dibutuhkan strategi khusus bagi Anda yang ingin memulainya.
Direktur Infovesta Utama Parto Kawito menyatakan jika potensi kerugian tidak hanya terjadi di reksa dana berbasis saham, akan tetapi berbagai jenis reksa dana lain seperti reksa dana pendapatan tetap juga naik-turun.
Naik turunnya reksa dana, menurut Kawito disebabkan seiring dengan pergerakan harga obligasi yang menjadi underlying-nya. Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah selama Anda tidak mencairkan atau melakukan redemption maka Anda hanya mengalami potensi rugi.
Jadi Anda baru dinyatakan rugi jika melakukan redemption atas reksa dana yang Anda miliki. Kendati demikian naik turunnya produk investasi di reksa dana adalah hal yang wajar.
Kawito menjelaskan jika Indonesia beberapa kali mengalami krisis dan naik turun reksa dana, di antaranya tahun 1998 dan akibat krisis keuangan di Amerika (subprime mortgage facility) tahun 2008.
Krisis keuangan, menurut Kawito malah sebagai peluang investasi karena harganya juga ikut turun, dan hal tersebut menjadi kesempatan investor untuk melakukan top up.
“Justru kalau ada uang sekarang waktunya top up, jadi harga rata-ratanya semakin baik. Ini saatnya membalikkan kerugian,” saran Parto.
Jadi tips investasi reksa dana selama pandemi Covid-19 adalah dengan membelinya, jangan menjualnya. Jangan lupa, ikuti perkembangan dunia bisnis Indonesia hanya di Warta Harian Bisnis Djawanews.