Djawanews.com – Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengingatkan agar waspada akan imbas kondisi geopolitik yang memanas antara Rusia dan Ukraina. Dia menjelaskan perseteruan ini terjadi antara Rusia dengan NATO dan Amerika Serikat (AS) di Ukraina.
Persoalannya kompleks di mana Rusia dan Ukraina bukan hanya melibatkan klaim wilayah, dalam hal ini Krimea yang dicaplok Rusia pada 2014 silam, tapi juga hegemoni Rusia dan barat.
Ada laporan yang menyebut Rusia sudah menempatkan 100.000 pasukan di dekat Ukraina. Rusia juga akan melakukan latihan militer dengan Belarusia, sekutunya, yang dianggap Barat bagian dari rencana invasi.
Sementara itu AS dan NATO dikabarkan telah mengirimkan kapal perang ke Ukraina. Jet-jet tempur juga dilaporkan siap memperkuat NATO.
Menurut Sri Mulyani, ketegangan itu telah memicu ketidakstabilan di pasar global. Sementara indeks saham utama Rusia jatuh dan bank sentral menghentikan pembelian mata uang asing setelah Rubel merosot.
Dia mengingatkan, jika kondisi tersebut menjadi tak terkendali, maka bisa memengaruhi harga komoditas, khususnya energi. Indonesia sebagai pengimpor bahan bakar minyak (BBM) akan terkena imbas berat dari sisi APBN maupun inflasi.
"Itu pengaruhi dampak ke komoditas energi baik gas dan minyak," ujarnya.
Selain itu, yang menjadi perhatian Sri Mulyani adalah tensi tinggi antara China dan AS. Seperti diketahui, AS baru saja mengizinkan diplomatnya yang berada di China untuk meninggalkan negara itu.
Ketidakpastian demi ketidakpastian itu, menurut Sri Mulyani, harus dikelola dengan baik di tahun ini. Dengan demikian, dampak yang dirasakan Indonesia tidak terlampau besar.