Djawanews.com – Selain unggul di pasar lokal, pisang cavendish Boyolali kini juga digemari pasar internasional. Bahkan kini budidaya pisang yang terletak di Desa Kunti, Kecamatan Andong, Boyolali tersebut sudah memenuhi permintaan dari Jepang.
Penanggung jawab kebun pisang Desa Kunti, Pri Kuntadi mengungkapkan jika Jepang adalah satu-satunya negara yang memberikan respons bagus.
“Kami sudah mencoba mencari pasar internasional. Ternyata negara yang pertama menyambut adalah Jepang. Jepang butuh enam juta ton per tahun. Kami ambil realistis saja, yakni 5% saja. Komunikasi sudah terjalin dengan Jepang,” papar Kuntadi, dilansir dari Solopos.
Atas keberhasilannya, Kuntadi mengaku jika pengembangan pertanian pisang di Desa Kunti sekaligus sebagai ajang pembuktian jika tanah tidak produktif dapat dimanfaatkan untuk budi daya. Sebagaimana diketahui tanah di Desa Kunti memiliki tekstur kering.
Kemudian terkait denganpengelolaan tanaman pisang, Kuntadi lebih memilih konsep alami. “Pupuk kami siapkan sendiri dari kotoran hewan. Pengairan, dari desa sudah menyiapkan dua sumur sekitar tiga liter per detik. Jadi memang kecil, air kami hemat. Nantinya akan manfaatkan irigasi tetes,” terangnya.
Kini Kuntadi mengaku untuk mencukupi banyaknya permintaan pisang maka perlu produksi yang cukup. Hal tersebut membuat pihaknya akan membuka budidaya pisang cavendish di daerah lainnya.
“Di Kendal disiapkan 150 hektare, di Bantul sekitar 200 hektare. Apakah hanya cavendish, tentu tidak. Semua pisang akan kami garap. Kami menggandeng dari YP3N untuk inkubator,” imbuh Kuntadi.
Budidaya pisang selanjutnya akan menggunakan pola inti plasma, dengan Desa Kunti sebagai embrionya. Selain pisang cavendish Boyolali, masih banyak artikel menarik seputar dunia bisnis Indonesia lainnya, simak hanya di Warta Harian Bisnis Djawanews.