Djawanews.com – Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang, mengatakan bahwa negaranya berusaha untuk tidak kembali menerapkan status darurat nasional. Hal tersebut dilakukan untuk meredam pukulan pandemi covid-19 terhadap ekonomi.
Berdasarkan perkiraan ekonom-ekonom sektor swasta, produk domestik bruto mengalami penurunan lebih dari 20% pada April—Juni. Hal tersebut akan memberikan efek yang buruk dari krisis keuangan 2009. Padahal ketika itu krisis menyebabkan satu juta orang lebih kehilangan pekerjaan.
“Mempertimbangkan dampaknya pada pekerjaan dan mata pencaharian, kami harus melakukan semua yang kami bisa untuk menghindari dikeluarkannya kembali deklarasi, sambil mengendalikan penularan sejauh mungkin,” ungkap Abe, Minggu (09/08/2020), dikutip dari Bloomberg.
Dalam pemberlakuan status darurat pada April 2020, masyarakat harus tetap di rumah dan bisnis banyak yang ditutup. Untuk masa sekarang, sejumlah pemerintah daerah telah menyatakan keadaan darurat, namun pemerintah pusat belum merilis imbauan bagi masyarakat guna menghindari perjalanan selama liburan Obon (Agustus) atau imbauan untuk tetap di rumah.
Menurut Abe, pemerintah akan menyalurkan bantuan senilai 2 triliun yen bagi rumah sakit yang terdampak corona dan bisa lebih banyak jika memang diperlukan. Sudah ada banyak fasilitas medis (pengelolaan pribadi) yang dilanda pandemi. Pemerintah khawatir jika kebangkrutan terus meluas, penanganan peningkatan mendadak terhadap pasien covid-19 bisa semakin sulit dilakukan.
Jika Anda ingin mendapatkan informasi terkini lain tekait ekonomi, bisnis, perkembangan pasar, dan dunia usaha, klik di sini.