Djawanews.com – Perang antara Rusia dan Ukraina akhirnya mereda. Rusia akhirnya menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina dan hal ini berdampak positif bagi finansial global.
Presiden Rusia, Vladimir Putin mengonfirmasi kalau Kementerian Pertahanan Rusia telah menarik tentara dan prasarana dan sarana pendukung dari perbatasanUkraina. Hal itu disampaikan Putin dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz di Moskow, kemarin.
Akibatnya bursa saham global yang sebelumnya mengalami tekanan hebat berbalik menguat tajam, sebaliknya aset-aset aman berbalik melemah termasuk mata uang yang dianggap safe haven.
Mengutip CNBC Indonesia, ada 3 mata uang yang masuk kategori safe haven, yakni yen Jepang, franc Swiss dan dolar AS.
Ketiga mata uang tersebut cenderung menguat ketika terjadi gejolak geopolitik yang memberikan dampak ke sektor finansial hingga perekonomian.
Tidak hanya perang, ketika virus corona mulai menyerang dunia, yang juga berdampak pada sektor finansial dan perekonomian, mata uang safe haven ini langsung melesat. Yen misalnya melesat nyaris 10% melawan dolar AS hanya dalam tempo 20 hari pada periode akhir Februari hingga awal Maret 2020. Melawan rupiah, yen bahkan meroket hingga lebih dari 25%.
Franc juga mencatat penguatan sekitar 6% pada periode tersebut, dan 23% melawan rupiah.
Sementara dolar AS juga mencatat penguatan tajam tetapi melawan mata uang selain yen dan franc. Melawan rupiah misalnya, dolar AS pada periode awal pandemi sempat melesat hingga lebih dari 21%.
Dolar AS jika dibandingkan dengan yen, status safe haven-nya masih kalah. Sebabnya, Negeri Matahari Terbit merupakan negara kreditor terbesar di dunia selama 30 tahun beruntun hingga 2020 lalu.
Total utang yang disalurkan Jepang sebesar US$ 3,3 triliun, berdasarkan data dari Kementerian Keuangan Jepang.
Saat terjadi gejolak geopolitik yang memicu gangguan di pasar finansial hingga memicu masalah ekonomi secara global, maka para investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi menguat.
Namun, yang patut digaris bawahi, meski terjadi gejolak geopolitik seperti perang tidak serta merta mata uang safe haven ini menguat. Penguatan baru terjadi ketika perang tersebut berdampak ke pasar finansial serta perekonomian global.
Di tahun Februari hingga Maret 2014 lalu, Rusia pernah menginvasi Ukraina hingga mencaplok wilayah Krimea, tetapi saat itu pergerakan mata uang safe haven biasa-biasa saja.
Awal perang Irak 2003 juga mata uang safe haven tidak mengalami pergerakan yang signifikan. Sebab jika dilihat saat itu tidak ada gejolak yang berlebihan di pasar finansial global.