Djawanews.com – Pemenuhan kebutuhan kedelai dalam negeri sangat bergantung pada kedelai impor. Akibatnya, jika pasokan terhambat, produksi tahu dan tempe yang merupakan makanan masyarakat umum di Indonesia juga bisa terganggu.
Permasalahan tersebut kini menjadi kekhawatiran pemerintah di mana para perajin tahu tempe serentak melakukan mogok produksi karena mahalnya harga kedelai.
Dilansir dari CNBC Indonesia, China dilaporkan melakukan reformasi peternakan babi setelah hancur akibat wabah demam babi Afrika di kisaran pertengahan tahun 2018 dan meluas di seluruh China di tahun 2019. Wabah itu bahkan menyerang peternakan babi di dalam negeri.
Perombakan itu diperkirakan membutuhkan banyak pasokan kedelai, salah satu bahan baku pakan ternak.
Bila melihat data Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (21/2/2022), impor kedelai dalam setahun mencapai di atas 2 juta ton. Selama 2020 dan 2021 saja, impornya mencapai 2,4 juta ton.
Sementara secara bulanan, realisasinya berbeda tergantung musim dan permintaan. Seperti pada Desember 2021, impor kedelai 137 ribu ton dan Januari 2022 lebih tinggi yaitu 225 ribu ton.
Berdasarkan asal negara, kedelai dipasok paling banyak dari Amerika Serikat (AS) dengan 2,1 juta ton selama 2021. Selanjutnya Kanada sebesar 232 ribu ton kedelai pada periode tersebut. Lainnya ada dari Australia, Malaysia dan Singapura.