Djawanews.com – perajin tahu tempe se-Jabodetabek melakukan aksi mogok produksi menyikapi mahalnya harga kedelai. Aksi mogok produksi ini akan berlangsung selama tiga hari yaitu mulai Senin, 21 Februari hingga Rabu 24 Februari mendatang.
Mogok produksi tahu tempe ini dilakukan serentak di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi untuk menunjukkan kekecewaan para perajin karena harga bahan baku yang terus melambung tinggi.
Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Khairun menegaskan semua perajin tahu tempe harus ikut aksi mogok produksi sebagai bentuk solidaritas.
“Semua produsen di Jakarta udah tutup. Kalau tidak ditutup akan di-sweeping oleh teman-teman kita juga. Karena tutup ini serentak dilakukan,” katanya, mengutip Suara, Minggu, 20 Februari 2022.
Lebih lanjut Khairun mengatakan, dampak tingginya harga kedelai akan membuat rugi para perajin tahu dan tempe karena harga kedelai impor sekarang lebih mahal daripada harga kedelai di waktu biasanya.
Saat ini harga kedelai impor di tingkat perajin mencapai Rp12.000 per kilogram, padahal biasanya harga kedelai hanya berkisar antara Rp9.500 hingga Rp. 10.000 per kilogram.
“Kalau dijual dengan harga biasa, kami tidak dapat untung bahkan rugi,” ujar Khairun.
Aksi mogok ini dilakukan agar pemerintah, khususnya Kementerian Perdagangan, mengetahui kesulitan yang dialami oleh perajin dan ikut mengintervensi atas mahalnya harga kedelai impor.
“Kami ingin agar pemerintah mendengar, konsumen juga mengetahui bahwa tahu tempe mahal karena bahan bakunya sudah naik,” tambahnya.
Ahmad Abdullah, perajin tempe asal Johar Baru, Jakarta Pusat, ikut melakukan aksi mogok lantaran para pelanggannya mengeluhkan harga tempe yang terus naik hingga dua kali lipat.
“Harga kacangnya melambung tinggi, harga jualnya juga tinggi, jadi susah. Orang-orang kaget beli tempe Rp5 ribu sekarang Rp8 ribu terus Rp10 ribu. Terpaksa berhenti dulu lah,” ungkapnya.
Abdullah berharap agar konsumen mendapatkan harga tahu tempe yang wajar karena harga kedelai yang stabil, sehingga aksi mogok tidak berlangsung lama atau terulang kembali.
Menanggapi mahalnya harga kedelai, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan sedang menyiapkan kebijakan terkait masalah kenaikan harga kedelai yang akan diumumkan minggu ini.
Mendag menjelaskan penyebab tingginya harga kedelai, di antaranya karena adanya La Nina di Amerika Selatan dan restrukturisasi peternakan di China.