Djawanews.com –Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia mengumumkan jika angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua tahun 2020 mengalami penurunan mencapai -5,32 persen.
Kepala BPS RI, Suhariyanto menyatakan jika kontraksi tersebut adalah yang terdalam sejak krisis ekonomi dua dekade atau tepatnya kuartal I/1999. Dirinya juga menjelaskan perbandingkan indikator saat krisis ekonomi 1998 dan krisis tahun 2020 ini, apa saja?
- Pengeluaran Rumah Tangga
Konsumsi rumah tangga memiliki porsi separuh PDB Indonesia. Suhariyanto konsumsi rumah tangga saat krisis moneter ada pada positif 4,8 persen (kuartal II/1998) lalu anjlok-13,7 persen pada kuartal III/1998.
- Investasi
Berdasarkan data BPS investasi Indoensia tumbuh negatif hingga -6,9 persen pada kuartal II/2020. Di sisi lain, pada kuartal II/1998 nilai investasi anjlok ke level terendah, yaitu -41,4 persen.
- Ekspor dan Impor
Ekspor Indonesia pada kuartal II/2020 mengalami kontraksi hingga -7,76 persen dan angka impor turun hingga -16,9 persen. Dibandingkan dengan tahun 1998, ekspor RI baru terimbas pada kuartal IV/1998 dan anjlok hingga -32,5 persen, sementara impor pada kuartal II/2020 tumbuh tipis 1,8 persen.
- Pengeluaran Negara
Berdasarkan data BPS, pengeluaran dari konsumsi pemerintah tumbuh negatif hingga -6,9 persen pada kuartal II/2020. Namun BI tidak melaporkan komponen konsumsi atau belanja pemerintah pada Laporan Tahunan BI 1998/1999.
Dari empat indikator makro ekomoni di atas, untuk saat ini krisis ekonomi masih lebih baik dibandingkan dengan tahun 1998. Jangan lupa, ikuti perkembangan dunia bisnis Indonesia hanya di Warta Harian Bisnis Djawanews.