Djawanews.com – Produksi kedelai lokal di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dinilai kurang. Produksi kedelai selalu mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Para produsen olahan kedelai, misalnya tempe dan tahu, juga memilih kedelai impor karena memiliki harga yang lebih murah.
Syam Arjayanti, Plt. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, mengakui rendahnya produksi kedelai lokal di DIY. Ia mengatakan, pada 2020 lalu, produksi kedelai lokal di DIY hanya mencapai 8.506 ton. Jumlah ini sangat kurang dibanding kebutuhan yang ada.
"Sedangkan kebutuhan kita sebesar 38.823 ton. Itu hanya untuk konsumsi rumah tangga saja. Artinya kita memang kekurangan dari sisi produksi," terang Syam, Selasa (05/01/2021), dikutip dari tribunjogja.com.
Ia mengatakan bahwa pemerintah telah siap untuk memberikan bantuan terkait kedelai, namun para petani tak tertarik untuk menanam kedelai. Hal tersebut tak terlepas dari harga dan pemasaran. Seperti telah disebutkan, kedelai impor masih berkuasa di pasar Tanah Air, khususnya DIY. Syam mengatakan bahwa perbedaaan harga antara kedelai impor dan lokal bahkan mencapai Rp2.000.
Menurut Syam, adalah wajar jika pengusaha tempe dan tahu lebih memilih kedelai impor karena perbedaan harganya sangat jauh. Ia juga menyebut bahwa pemerintah pusat tak membatasi kuota impor kedelai. Padahal, ia menilai bahwa kedelai lokal lebih sehat dibanding kedelai impor transgenik.
Dapatkan info terkini lain tekait ekonomi, bisnis, perkembangan pasar, dan dunia usaha, dengan terus mengikuti Warta Harian Djawanews. Selain itu, ikuti pula Instagram @djawanescom untuk mengakses info-info unik dan menarik lain secara cepat.