Djawanews.com – Selama masa pandemi virus corona atau Covid-19, segala tatanan kehidupan dirombak, salah satu caranya dengan memanfaatkan teknologi. Hal tersebut kembali memunculkan wacana lama akan kesiapan teknologi industri 4.0.
Terkait dengan hal tersebut, Kementerian Riset dan Teknologi atau Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemristekbrin) menyatakan jika saat ini sekitar 80 persen perusahaan di Indonesia masih belum berencana menerapkan teknologi digital untuk menghadapi kondisi new normal.
Menristek Bambang Brodjonegoro sediri menyatakan jika implementasi teknologi digital saat ini, sebanyak 37 persen perusahaan sudah mengalokasikan anggaran riset dan pengembangan teknologi industri 4.0, namun baru pada sektor industri otomotif dan elektronik.
Selain itu, sebanyak 34 persen perusahaan sepakat bahwa penerapan teknologi digital merupakan upaya peningkatan daya saing dalam menghadapi persaingan global.
Kemudian, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut jika implementasi industri 4.0 adalah strategi tepat untuk membangkitkan sektor manufaktur saat fase new normal.
Namun, Agus berpendapat jika untuk mengakselerasi transformasi menuju industri 4.0, perlu dukungan dari seluruh pemangku kepentingan terkait.
“Sinergi dan kolaborasi antar pihak berperan penting dalam implementasi industri 4.0 sesuai program prioritas Making Indonesia 4.0,” jelas Agus, dilansir dari Merdeka, Jumat (3/7).
Program Making Indonesia 4.0, menurut Agus telah mendukung perusahaan industri dalam penyesuaian dengan kondisi saat ini. Sehingga, penerapan industri 4.0 dapat memudahkan industri dalam menjalankan protokol kesehatan dan mengatur proses kerja dan SDM-nya agar tetap produktif.
Apakah penerapan teknologi industri di masa new normal berjalan seharusnya? Ikuti perkembangannya hanya di Warta Harian Bisnis Djawanews.