Djawanews.com – Belakangan ini, tanaman hias Janda Bolong sedang jadi sorotan para penggemarnya. Hal itu disebabkan karena harga tanaman hias yang memiliki daun “bolong” itu sangat mahal, bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
Harga tanaman Janda Bolong konon ditentukan dari jumlah daunnya. Beberapa sumber mengatakan bahwa per lembar daun dihitung jutaan rupiah. Hal tersebut dikarenakan varietas tanamannya cukup mahal. Tanaman yang bernama latin monstera adansonii variegated dari family araceae itu langsung menjadi bintang di mata pecinta tanaman hias.
Mahalnya monstera adansonii variegated itu bukan tanpa sebab. Dilansir dari Kompas, ekonom dari Institute Development of Economics and Financial (Indef), Bhima Yudhistira, mengatakan bahwa fenomena itu disebut dengan gelembung ekonomi atau bubble economy.
"Teorinya adalah gelembung ekonomi (bubble economy) di mana harga aset menyimpang jauh dari nilai intrisiknya," ujar Bhima.
Fenomena semacam itu sebelumnya sempat terjadi pada tahun 1637. Saat itu bunga tulip dijual dengan sangat mahal, yakni 3.000-4.200 Gulden di Eropa.
"Kemudian Charles Mackay, menulis buku terkenal Extraordinary Popular Delusions and the Madness of Crowds, bahwa harga tulip bisa melambung tinggi karena pasar irasional," katanya lagi.
Pasar irasional ini yang kemudian berpengaruh pada harga jual jenis tanaman monstera di Indonesia. Fenomena pasar irasional juga sebelumnya terjadi di Indonesia.
"Misalnya pada saat anturium dihargai setara mobil Innova pada saat itu, ternyata ada permainan antar pedagang tanaman hias atau kartel yang menggoreng harga sehingga bisa ratusan juta rupiah," kata dia lagi.
Permainan itu disebut Bhima adalah upaya di kalangan pedagang untuk menyepakati naiknya harga item tertentu. Dengan demikian muncullah harga baru yang lebih mahal dari harga sebelumnya.
Selain itu para pemain juga membuat rumor tertentu agar pelambungan harga bisa dengan mulus dilakukan.
"Yang dilakukan adalah proses pembentukan harga di antara sesama pedagang, kemudian diciptakan rumor atau isu agar masyarakat makin tertarik beli. Ada forum-forum kolektor juga, diciptakan imajinasi bahwa yang warna tertentu, bentuk tertentu punya harga lebih," ucapnya lagi.
Misalnya, kata Bhima, tanaman monstera dengan jenis variegata yang punya campuran warna putih dan hijau punya nilai lebih tinggi dibanding warna hijau biasa. Alasannya karena campuran warna tersebut langka, dan sebagainya. Hal itu jadi sebuah pembenaran bahwa harga fantastis itu wajar adanya.
Bhima sendiri mengingatkan bahwa ada yang perlu diselidiki, yakni siapa pemain di balik naiknya harga tanaman tersebut. Ia menilai bahwa spekulan pasar selalu menciptakan produk untuk dipermainkan.
"Iya memang ada perubahan perilaku juga selama pandemi, masyarakat banyak WFH, sehingga perhatian terhadap interior rumah, termasuk tanaman indoor naik. Jadi ada tren ini, tapi juga digoreng oleh spekulan," ujar Bhima.
Untuk memantau harga tanaman hias Janda Bolong dan kabar market lain, kunjungi situs resmi Warta Harian Nasional Djawanews. Anda juga bisa mengikuti kami melalui akun media sosial Instagram @djawanewscom dan melalui aplikasi Babe. Hubungi kami untuk membagikan foto, video, artikel, dan berita lainnya.