Djawanews.com – Wahana Ngopi in The Sky di Teras Kaca, Pantai Nguluran, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta akhir-akhir ini menjadi sorotan publik setelah resmi ditutup Pemprov Yogyakarta pada Kamis, 6 Januari pekan ini.
Pemprov Jogja menyatakan alasan keselamatan jadi dasar keputusan, serta menganggap tidak tepat menggunakan crane untuk mengangkut restoran hingga ketinggian 30 meter.
Sebelum ditutup, Wahana Ngopi in The Sky ini sempat menarik perhatian netizen, terutama soal faktor keamanan. Kemudian, pada awal pekan ini, Selasa (4/1), Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Yogyakarta Aria Nugrahadi mengaku pemerintah daerah belum menerima pengajuan izin operasi wahana gondola tersebut.
Pihaknya baru melakukan inspeksi ke lokasi dan mendapati crane pengangkut barang digunakan untuk mengangkut orang. Menurutnya, kegunaan crane tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor 8 Tahun 2020 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
“Maka akan kami rekomendasikan sesuai Permenaker, karena alat itu adalah alat angkat dan alat angkut barang, maka kita rekomendasikan sesuai regulasinya,” kata Aria pada Selasa, 4 Januari.
Pihak pengelola Wahana Ngopi in The Sky mengaku telah memastikan faktor keselamatan pengunjung selama mengoperasikan wahana gondola, dan mengklaim menggunakan material baja terbaik dengan satu titik sling baja mampu mengangkut beban hingga 8 ton.
“Satu titik 8 ton, kali 4 jadi 32 ton. Itu dikali dua lagi, 64 ton. Nah itu maksimal angkat beban, tapi kami pakai gondola cuma 3 ton saja. Sisa banyak,” kata CEO Teras Kaca Nur Nasution.
Nur mengungkapkan pengecekan crane dilakukan secara rutin. Bahan bakar yang digunakan merupakan jenis Pertadex. Begitu pula dengan petugas yang seluruhnya diklaim ahli di bidangnya.
“Kami benar-benar rawat karena berhubungan dengan keselamatan tamu. Kalau perlu sling (baja) saya ganti per tiga bulan, walaupun durasinya tahunan,” tegasnya.
Tiap-tiap pengunjung juga diwajibkan mengenakan tali pengaman lima lapis di hampir seluruh bagian tubuh dan tak boleh diutak-atik selain oleh petugas.
Wahana Ngopi in The Sky Ditutup Pemprov Yogya dan Rugi Rp1 Miliar
Pada pertengahan pekan ini, Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta kemudian menutup pengoperasian wahana tersebut. Sekretaris Daerah DI Yogyakarta Kadarmanta Baskara Aji mengatakan keselamatan menjadi poin utama.
“Keselamatan dan kenyamanan wisatawan harus kita jamin supaya kita tetap bisa dipercaya sebagai penyelenggara destinasi wisata yang nyaman dan aman,” kata Kadarmanta dikutip dari Antara, Kamis, 6 Januari.
Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Rahajo mengatakan penggunaan crane pada Wahana Ngopi in The Sky tersebut tidak tepat lantaran lokasinya berada di bibir pantai yang sangat berbahaya bagi keselamatan wisatawan. Nur tentu menyayangkan penutupan wahana inovasi milik Teras Kaca yang dinilai dapat mengangkat citra pariwisata Indonesia di mata dunia.
“Kami terima dengan lapang dada, biarlah Ngopi in The Sky ini jadi semacam monumen di Teras Kaca,” kata Nur, Jumat, 7 Januari.
Ia ingin menekankan agar pemerintah juga menutup operasional wahana sejenis yang bahkan tidak memiliki tingkat keamanan yang tidak terjamin. “Tolong ditertibkan juga wahana-wahana. Kan masih banyak wahana yang nggak ada safety-nya,” katanya.
Ia pun mengaku pihaknya harus menelan kerugian hingga Rp1 miliar. “Mendekati Rp1 miliar mungkin, kalau naik itu aja udah ratusan juta biaya keluar, karena saya mikir safety-nya,” katnaya.
Nur mengaku tak memiliki niat untuk mendirikan wahana serupa namun dengan peralatan yang memenuhi standar kelayakan. Ia lebih berencana membuat Wahana Ngopi in The Sky model baru di Teras Kaca.
Dapatkan warta harian terbaru lainya, ikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.