Djawanews.com – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengaku frustasi. Hal itu terjadi setelah ia tak lagi menjabat sebagai CEO Gojek dan menjabat sebagai Mendikbud untuk mengurusi pendidikan dan kebudayaan Indonesia.
Selama menjabat sebagai Mendikbud, Nadiem mengaku kultur kerja di pemerintahan dan swasta sangat berbeda. Saat ia menjabat sebagai menteri, Nadiem harus berhadapan dengan birokrasi, administrasi, dan regulasi yang membuatnya frustasi. Bahkan publik yang sering mengawasi setiap kebijakan juga membuatnya tertekan.
“Kadang di pemerintahan banyak sekali yang membuat kita frustasi, banyak hal; birokrasi, administrasi, regulasi, ada berbagai macam hal, menjadi profil yang sangat publik di mana berbagai keputusan berat yang harus kita lakukan pasti tidak ada orang yang tidak setuju, bagaimana menghandle itu kan bagi saya dan tim saya itu merupakan tekanan yang sangat tinggi,” ungkap Nadiem saat talkshow di YouTube Tempo, Sabtu (11/7/2020).
Hal tersebut diperparah dengan adanya situas pandemi Covid-19 yang terjadi saat ia pertama kali pula menjabat sebagai Mendikbud. Ia harus berpikir bagaimana memberikan inovasi agar pendidikan dan kebudayaan bisa tetap berjalan.
“Jadi bayangkan, pertama kali masuk pemerintah, pertama kali di sektor pendidikan, pertama kali mengalami pandemi, semuanya pada saat yang bersamaan, ya kekuatan mental harus menjadi kunci utama bagi saya dan tim saya sekarang,” terangnya lagi.
Nadiem menegaskan, hanya ada dua pihak yang berhak menilai kinerjanya saat ini, yakni presiden dan masyarakat. Presiden berposisi sebagai orang yang mempekerjakannya dan masyarakat sebagai sebagai pihak yang merasakan kebijakannya. Nadiem Makarim juga mengaku punya sifat yang tidak pernah merasa puas dan hal ini sudah ia ungkapkan kepada semua eselon 1.