Dilansir dari blog.netray.id: PT Waskita Karya (Persero) Tbk merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang kini dikabarkan tengah mengalami permasalahan. Perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi ini menjadi sorotan karena memiliki utang mencapai Rp93,47 triliun. Akibatnya, untuk mengurangi beban hutang tersebut Waskita Karya harus melepas sejumlah aset atau asset recyling. Tersiarnya kabar ini pun meraih atensi dari media pemberitaan dan netizen yang turut mengomentari persoalan ini. Pasalnya kerugian yang tengah dialami oleh perusahaan yang telah berdiri sejak 1961 ini menambah deretan BUMN yang merugi, setelah sebelumnya turut dialami oleh PT Pertamina (Persero), PT Asuransi Jiwasraya (Persero), PT Kereta Api Indonesia (Persero), dan lain sebagainya alami hal serupa.
Merespons persoalan ini, Netray memantau pembahasan media terkait topik Waskita Karya sejak 22 September 2021 sampai dengan 06 Oktober 2021. Untuk dapat menjangkau pembahasan media terkait topik ini Netray menggunakan dua kata kunci, yakni Waskita dan Waskita Karya. Hasilnya tampak total artikel mencapai 330 yang berasal dari 53 portal media berita daring. Adapun kategori yang mendominasi pemberitaan tersebut tentunya berkaitan dengan kategori seputar keuangan dan pemerintahan.
Sementara itu, berdasarkan hasil pengamatan Netray tampak sejumlah portal media berita daring yang paling banyak menerbitkan artikel terkait Waskita Karya. Salah satu pemberitaan tersebut dimuat oleh Kompas pada 01 Oktober lalu, tepatnya pada pukul 11:02 WIB.
Sebagaimana termuat dalam artikel tersebut, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan bahwa PT Waskita Karya (Persero) Tbk memiliki utang mencapai Rp 90 triliun hingga akhir 2019. Hal itu disebabkan oleh banyaknya proyek jalan tol yang dikerjakan. Selain mencicil utang plus bunga ke bank, utang Waskita Karya timbul karena banyaknya tagihan dari para vendor (pemasok dan subkontraktor) yang belum juga dibayarkan.
Waskita Karya memiliki penugasan untuk menyelesaikan sejumlah proyek jalan tol, terutama Jalan Tol Trans Jawa dan Trans Sumatera. Sebagian besar tol tersebut merupakan hasil akuisisi dari swasta yang pengerjaannya terkendala. Pengerjaan proyek-proyek tol tersebut membutuhkan pendanaan yang cukup besar, sehingga membuat keuangan Waskita Karya memburuk karena terus menambah utang. Akibatnya, utang perusahaan pelat merah ini meningkat sangat tajam di sepanjang 2017-2019. Hal ini juga diperparah oleh kondisi pandemi yang mengakibatkan pendapatan Waskita turun secara signifikan.
Dikutip melalui Republika Kartika Wirjoatmodjo memaparkan terdapat delapan tahap penyelamatan meliputi asset recycling inti, restrukturisasi Waskita induk, penjaminan pinjaman dan obligasi, restrukturisasi anak usaha, asset recycling khusus, penyertaan modal negara (PMN), restrukturisasi bisnis, serta perbaikan tata kelola dan manajemen risiko. Tiko menyebut Waskita telah melepas lima dari 16 ruas tol sejak 2019 yang meliputi ruas tol Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono, Kualanamu-Tebing Tinggi, Semarang-Batang, dan Cinere-Serpong. Selain itu, Waskita juga tengah menyelesaikan divestasi ruas tol Cibitung-Tanjung Priok serta rencana pelepasan ruas tol Pejagan-Pemalang, Kanci-Pemalang, dan Pemalang-Batang kepada Indonesia Investment Authority (INA) atau lembaga pengelola investasi (LPI).
Lilitan Utang Waskita Karya Menambah Deretan BUMN yang Merugi
Kondisi perusahaan milik negara Waskita Karya kini menambah deretan BUMN yang merugi. Sebagaimana diketahui beberapa BUMN sebelumnya juga alami hal serupa. Untuk mengetahui lebih jelasnya terkait laba tahun berjalan Waskita Karya, Netray juga menghimpun data melalui Lokadata yang dapat diamati melalui gambar berikut.
Melalui grafik di atas terlihat pendapatan BUMN Karya pada 2020 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Waskita Karya mencatat penurunan tertinggi yakni dari Rp31,39 triliun pada 2019 menjadi Rp16,19 triliun pada 2020. Laba tahun berjalan yang diperoleh Waskita Karya dan Hutama Karya pun mengalami kontraksi pada 2020. Sementara, Wijaya Karya dan PP Properti juga mengalami hal yang sama. Lalu seperti apakah indeks pendapatan dan laba dari perusahaan berplat merah ini?
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pendapatan BUMN karya seperti Waskita Karya, Wijaya Karya dan Hutama Karya menurun pada 2020 dibandingkan pendapatan 2019. Sementara, PP Properti mencatat kenaikan pendapatan sebesar 27,78 persen pada 2020 yakni Rp2,08 triliun. Tak hanya pendapatan yang menurun, BUMN Waskita Karya dan Hutama Karya juga mengalami kerugian pada 2020, yakni masing-masing sebesar Rp7,38 triliun dan Rp2,1 triliun. Sedangkan laba bersih Wijaya Karya dan PP Properti menurun. Tak heran bila pada tahun 2021 Waskita Karya alami peningkatan jumlah hutang hingga mencapai lebih dari Rp 90 triliun.
Lonjakan Utang Pembangunan Tuai Kritik
Pembangunan infrastruktur yang dibebankan pada Waskita Karya berakibat pada lonjakan utang yang dialami oleh perusahaan tersebut. Hal ini pun akhirnya menuai komentar dari berbagai pihak, seperti halnya kritik yang termuat melalui artikel milik Pikiran Rakyat berikut.
Dikutip melalui artikel tersebut lilitan utang Waskita Karya menuai kritik tajam dari Said Didu. Melalui kanal YouTube-nya Said Didu mengomentari pembangunan jalan tol yang tidak dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia justru menghasilkan utang yang dibebankan kepada seluruh rakyat Indonesia. Hal tersebut dinilai tidak adil oleh Said Didu. Mantan sekretaris Kementerian BUMN itu menyebutkan ada enam perusahaan yang menjadi sorotan dengan total utang mendekati Rp500 triliun. Perusahaan tersebut yaitu PT PLN, PT Garuda Indonesia, PT KAI, Waskita, PT Perkebunan Nusantara, dan PT Kraktau Steel. Alih-alih dilunasi, utang tersebut justru disebut serupa dengan utang pemerintah yang menjadi tanggungan rakyat.
Kritik terkait utang pembangunan ini juga terlihat melalui media sosial pantauan Netray. Di kanal Twitter Netray melakukan pemantauan terkait opini netizen yang turut mengomentari persoalan ini. Hasilnya sebagai berikut.
Tampak indeks perbincangan netizen terkait Waskita hanya menyentuh angka 369 total tweets dengan didominasi oleh opini bersentimen negatif. Hal ini menunjukkan topik Waskita kurang meraih atensi dari netizen karena jumlah angka yang tidak terlalu tinggi. Meski demikian sejumlah netizen turut mengunggah opini mereka terkait perusahaan BUMN satu ini. Berikut beberapa opini dari netizen.
Melalui beberapa tweets di atas terlihat beberapa netizen turut mengomentari persoalan ini. Sebagian netizen menyoroti pembangunan tol yang dibebankan kepada Waskita justru mengakibatkan utang yang melilit perusahaan tersebut. Tak heran bila sebagian netizen tersebut menanggapi sinis persoalan yang tengah dihadapi oleh perusahaan BUMN ini.
Pembahasan media berita daring pada topik seputar PT Waskita Karya (Persero) pada periode ini didominasi oleh topik seputar kerugian dan hutang yang melilit perusahaan milik BUMN ini. Hal ini diperkuat oleh indeks grafik pendapatan yang menunjukkan kerugian yang dialami Waskita sejak tahun 2019 dan terus mengalami penurunan hingga saat ini. Merespons persoalan ini pemerintah pun berusaha menyelamatkan Waskita salah satunya melalui pelepasan aset untuk meringankan beban Waskita. Meski demikian hal ini menuai kritik dari berbagai pihak, baik oleh pengamat politik maupun oleh netizen di Twitter hingga topik seputar Waskita didominasi oleh sentimen negatif.
Demikian hasil pantauan Netray, simak hasil analisis terkini lainnya melalui https://blog.netray.id/ dan laman Twitter kami https://twitter.com/netrayID