Djawanews.com – PT Transjakarta menargetkan peningkatan pendapatan di luar penjualan tiket bus, atau pendapatan non farebox, mencapai Rp380 miliar pada tahun 2025. Target ini naik signifikan dari realisasi pendapatan non farebox tahun 2024 sebesar Rp218 miliar.
Pendapatan non farebox berasal dari berbagai skema bisnis, seperti hak penamaan halte (naming rights), iklan di bus dan halte, retail, serta aktivasi atau kegiatan lain.
"Pendapatan nonsubsidi (tiket penumpang) kita targetkan tahun ini. Tahun lalu dapatnya Rp218 miliar di 2024, tahun ini kita targetkan naik jadi Rp380 miliar," kata Direktur Utama PT Transjakarta Welfizon Yuza kepada wartawan, Kamis, 20 Maret.
Welfizon menyebut, pendapatan terbesar dari non farebox adalah penempatan iklan-iklan di fasilitas Transjakarta. Namun, BUMD bidang transportasi ini tetap meningkatkan kerja sama pada skema lainnya.
Salah satunya adalah hak penamaan halte. Saat ini, terdapat 6 halte yang telah memiliki naming rights, yakni Halte Bundaran HI Astra, Halte Senayan Bank DKI, Halte Widya Chandra Telkomsel, Halte Cawang Sentral 1 Polypaint, Halte Swadarma Paragon Corp, dan Halte Pertukangan D'Masiv.
"Mungkin nanti, paling dekat (peresmian naming rights) Halte Senen," ujar Welfizon.
Sementara pada skema aktivasi kegiatan, Transjakarta bekerja sama dengan pihak swasta berupa pembagian takjil gratis selama bulan Ramadan untuk para penumpang bus Transjakarta.
"Buat mereka untungnya apa? Ya bentuk support mereka terhadap program Pemprov, program sustainability, dan buat campaign," urainya.