Djawanews.com – Taliban diharapkan China berperan penting di Afghanistan dalam mengakhiri perang di dalam negeri, serta membangun kembali negara tersebut. Ini disampaikan dalam pertemuan antara pejabat kedua negara Rabu kemarin.
Sembilan perwakilan Taliban yang dipimpin oleh perunding sekaligus wakil pemimpin Taliban Mullah Baradar Akhund, bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi, serta utusan khusus China untuk Afghanistan di Kota Tianjin di China utara dalam kunjungan dua hari.
Wang Yi mengatakan, Taliban diharapkan memainkan peran penting dalam proses rekonsiliasi damai dan rekonstruksi di Afghanistan, menurut laporan pertemuan dari Kementerian Luar Negeri China, mengutip Reuters Kamis 29 Juli.
Dalam kesempatan tersebut, Wang juga berharap Taliban menindak Gerakan Islam Turkestan Timur, karena itu adalah ancaman langsung terhadap keamanan nasional China', mengacu pada kelompok yang dikatakan China aktif di wilayah Xinjiang di barat jauh China.
Kunjungan itu disebut berpotensi memperkuat pengakuan terhadap Taliban di panggung internasional pada waktu yang sensitif, ketika kekerasan meningkat di Afghanistan. Militan memiliki kantor politik di Qatar di mana pembicaraan damai sedang berlangsung dan bulan ini mengirim perwakilan ke Iran di mana mereka mengadakan pertemuan dengan delegasi pemerintah Afghanistan.
"Politik, ekonomi dan isu-isu yang berkaitan dengan keamanan kedua negara dan situasi Afghanistan saat ini dan proses perdamaian dibahas dalam pertemuan," juru bicara Taliban Mohammed Naeem dalam cuitannya tentang kunjungan China.
Ditanya tentang kunjungan Taliban, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang tengah berada di New Delhi, India mengatakan, itu adalah hal positif jika Beijing mempromosikan resolusi damai untuk perang.
"Tidak ada yang berkepentingan dalam pengambilalihan militer oleh Taliban, pemulihan emirat Islam," katanya dalam sebuah wawancara dengan televisi CNN-News18.
Keamanan di Afghanistan, yang berbatasan dengan China, memburuk dengan cepat seiring mulai berlangsungnya penarikan pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat, yang direncanakan selesai pada September mendatang.
Taliban langsung melancarkan serangkaian serangan, mengambil alih sejumlah distrik dan pos penyeberangan perbatasan di sejumlah wilayah Afghanistan, sementara pembicaraan damai di ibukota Qatar, Doha belum membuat kemajuan substantif.
"(Delegasi) meyakinkan China, mereka tidak akan mengizinkan siapa pun menggunakan tanah Afghanistan untuk melawan China," ungkap Naeem.
"China juga menegaskan kembali komitmennya untuk melanjutkan bantuan mereka dengan Afghanistan dan mengatakan mereka tidak akan ikut campur dalam masalah Afghanistan, tetapi akan membantu memecahkan masalah dan pemulihan perdamaian di negara itu," pungkasnya.