Djawanews.com – Gagasan ditundanya Pemilu 2024 tidak lain adalah untuk memenuhi syahwat politik dari kalangan penguasa. Orang-orang ini tetap ingin melanggengkan kekuasaannya meskipun bertentangan dengan konstitusi.
Hal itu disampaikan Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum dan HAM, Busyro Muqoddas, dalam diskusi daring bertajuk ‘Demokrasi Konstitusional dalam Ancaman’, Jumat 18 Maret.
“Ide itu menunjukkan menguatnya nafsu dan syahwat politik di kalangan penguasa, untuk tujuan apa, pengawetan kekuasaan oleh elite parpol (partai politik) dan kalangan Presiden Jokowi di Istana,” ujar Busyro Muqoddas, dikutip dari pojoksatu.id.
Menurut Busyro Muqoddas, penguasa dan elit politik yang mengusulkan perpanjang masa jabatan merupakan sikap vulgar dan tak punya malu. Bahkan Busyro menyebut mereka seperti keledai politik.
“Semakin vulgarnya sikap kekuasaan, vulgar banget, tidak ada rasa malu, seperti keledai-keledai politik saja, tidak belajar dari masa lalu,” sindirnya.
Walaupun inskonstitusional, elite politik dan penguasa terus saja menggulirkan ide penundaan pemilu.
Ide ini tentu akan berimplikasi pada perpanjangan masa jabatan presiden dan mengawetkan kekuasaan elite politik.
“Ketika konstitusi ini dilanggar dengan sengaja, dengan cara berpikir keledai-keledai politik, itu selain penistaan terhadap konstitusi, itu juga teroris terhadap rakyat terhadap kebangsaan kita,” tutur Busyro.
Seperti diketahui, wacana penundaan Pemilu 2024 ini awalnya disuarakan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Tidak lama kemudian, diikuti Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
Belakangan disebutkan bahwa isu penundaan pemilu didalangi Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melalui sebuah pertemuan.
Namun, Luhut melalui jurubicaranya membantah isu tersebut dan hanya menyebut bahwa pertemuan itu hanya silaturahmi saja.
Akan tetapi kemudian, Luhut dalam video podcast Deddy Corbuzier mengaku memiliki big data yang mencatat 110 juta pengguna media sosial ingin pemilu ditunda.
Terbaru, Luhut malah membantah dirinya pernah mengeluarkan pernyataan yang terekam jelas dalam video yang diunggah di Youtube itu.