Djawanews.com – Singapura kembali diterpa lonjakan kasus harian COVID-19. Tercatat lonjakan kasus mencapai 837 orang dalam sehari pada Selasa (14/9). Angka tersebut merupakan kasus COVID-19 harian tertinggi dalam setahun lebih.
Melihat kondisinya demikian, pemerintah Singapura memutuskan menghentikan rencana pembukaan kembali ekonominya dan menerapkan kembali beberapa pembatasan.
“Mayoritas pasien yang sakit parah berusia lebih dari 66 tahun,” ungkap Kementerian Kesehatan Singapura.
Kasus COVID-19 yang meningkat di Singapura ini cukup mengejutkan. Pasalnya Singapura sudah memvaksinasi 81 persen dari seluruh populasi meski belum termasuk anak di bawah 12 tahun. Untungnya jumlah pasien yang sakit parah secara keseluruhan cukup rendah. Hanya 4 orang yang meninggal dalam 28 hari terakhir.
“Pasien meninggal semuanya belum divaksinasi,” sebut Kementerian Kesehatan Singapura.
Namun, jumlah mereka yang sakit parah terus meningkat. Jumlah pasien yang membutuhkan oksigen dua kali lipat menjadi 54 pada Minggu dari dua hari sebelumnya. Itu menjadi ukuran penting untuk menilai apakah sistem medis bisa kewalahan.
“Selama 28 hari terakhir, persentase kasus lokal yang asimtomatik atau gejala ringan adalah 98,1 persen. Dari 114 kasus yang memerlukan suplementasi oksigen, 56 tidak divaksinasi lengkap dan 58 divaksinasi lengkap. Dari 8 orang yang berada di ICU, 5 tidak divaksinasi lengkap dan 3 divaksinasi lengkap,” tulis Kementerian Kesehatan.
Sementara itu, seorang profesor penyakit menular di rumah sakit universitas Nasional Singapura Dale Fisher, mengatakan kepada ABC bahwa kasus pada umumnya sangat ringan pada orang Singapura yang diimunisasi.
Lebih lanjut Fisher mengatakan bahwa meski tingkat vaksinasi tinggi, namun masih ada 500 ribu orang yang masih belum divaksinasi. “Itu tetap mengganggu sistem kesehatan nasional,” katanya.
Saat ini Singapura mempertimbangkan suntikan ketiga untuk orang dewasa yang lebih muda dan mungkin mulai menginokulasi anak-anak pada awal tahun depan. Minggu ini akan mulai booster untuk orang tua dan kelompok immunocompromised.