Djawanews.com – Sesuai jadwal sebagaimana diuraikan dalam kontrak penjualan yang relevan, Rusia akan segera mengirimkan sistem pertahanan rudal Pantsir S-1 ke Myanmar.
Melansir Reuters Kamis 26 Agustus, sistem senjata yang dipasang di truk digunakan untuk menembak jatuh pesawat, drone dan rudal jelajah. Tergolong sebagai senjata jarak menengah, Pantsir merupakan senjata permukaan ke udara dan artileri anti-pesawat
Rusia mengatakan memiliki hubungan jangka panjang dan strategis dengan rezim militer Myanmar. Kremlin pun percaya pihak berwenang melakukan semua yang mereka bisa, untuk mencoba menstabilkan apa yang disebutnya situasi di Myanmar.
Myanmar dan Rusia mencapai kesepakatan untuk sistem Pantsir S-1 pada Bulan Januari, RIA mengutip Direktur Layanan Federal Rusia untuk Kerjasama Teknis-Militer Dmitry Shugayev.
"Kami akan memberikan (sistem) sesuai dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan dalam kontrak,” katanya seperti dikutip.
Penjualan ini pun menuai kritik tajam dari aktivis HAM yang menuduh Moskow melegitimasi rezim militer Myanmar, yang berkuasa setelah kudeta militer 1 Februari lalu dengan melanjutkan kunjungan bilateral dan kesepakatan senjata, melansir Daily Sabah.
Sejatinya, pengumuman penjualan ini merupakan bagian penandatanganan sejumlah kontrak antara produsen senjaat Rusia dengan China, India, Myanmar dan sejumlah negara lain dalam gelaran Forum Angkatan Darat 2021 di Moskow, Rusia.
"Di antara penandatangan adalah mitra tradisional kami, Kazakhstan, Armenia, Belarus, Uzbekistan dan tentu saja, India, China, Myanmar," ungkap Dmitry Shugayev kepada saluran TV Zvezda, seperti mengutip Urdupoint.
"Semua kontrak bersama ini bernilai lebih dari 2,3 miliar Amerika Serikat atau setara dengan Rp33.155.765.000.000," tambah Shugayev.
Dmitry Shugayev menambahkan, hingga saat ini belum ada informasi apakah negara Myanmar tertarik untuk pengiriman tambahan sistem Pantsir S-1 atau tidak. Sementara untuk diketahui, Forum Angkatan Darat 2021 berlangsung dari 22-28 Agustus