Tujuh staf khusus (stafsus) dari kalangan milenial telah diumumkan Presiden Jokowi pada Kamis (21/11) sore di Istana Merdeka, Jakarta. Penunjukan staf khusus dari kalangan milenial diakui Presiden Jokowi sebagai langkah untuk mengembangkan inovasi di segala bidang.
“Saya ingin mengenalkan staf khusus presiden yang baru, yang tugas khususnya nanti adalah mengembangkan inovasi-inovasi di segala bidang. Di sini segera kita lihat anak-anak muda semuanya,” ujar Presiden saat mengumumkan staf khusus di beranda Istana Merdeka.
Adapun ketujuh staf khusus Presiden itu adalah Adamas Belva Devara, Putri Indahsari Tanjung, Andi Taufan Gauda Putra, Gracia Billu Mambrasar, Angkie Yudistira Aminuddin Maruf dan Ayu Kartika Dewi. Tiga dari tujuh staf khusus milenial tersebut adalah sosok perempuan berprestasi di Indonesia. Salah satunya yakni Ayu Kartika Dewi.
Penasaran dengan sosok Ayu Kartika Dewi? Langsung saja yuk simak artikel dibawah ini.
Profl Ayu Kartika Dewi
1. Ayu Saat Duduk di Bangku Kuliah
Saat memasuki dunia perguruan tinggi, Ayu berkuliah di jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga (Unair). Semasa kuliah, dikutip dari laman resmi Indonesia Mengajar, Ayu pernah meraih banyak prestasi. Bahkan tugas akhir skripsinya terpilih untuk mendapatkan Student Grant dari Asian Development Bank.
Ia juga pernah meraih penghargaan sebagai presenter terbaik Student Grant seluruh Indonesia, Mahasiswa Berprestasi Peringkat Pertama FE Unair selama 2 tahun berturut-turut, dan peringkat ke-4 se-Unair pada 2003.
2. Mendirikan Gerakan SabangMerauke
Tamat kuliah, Ayu Kartika Dewi memutuskan untuk bekerja di P&G Singapura sebagai Consumer Insights Manager mulai dari 2007-2010. Saat kariernya moncer, justru ia memilih untuk keluar dari zona nyaman.
Ia malah bergabung bersama Gerakan Indonesia Mengajar yang diprakarsai oleh Anies Baswedan. Ayu merupakan angkatan pertama Indonesia Mengajar dan saat itu dia ditugaskan mengajar di SD di Maluku Utara. Pegiat Gerakan SabangMerauke
Gerakan ini merupakan pertukaran pelajar antardaerah di Indonesia dengan tujuan menanamkan nilai-nilai toleransi, pendidikan, dan ke-Indonesia-an. Gerakan SabangMerauke terinspirasi dari pengalamannya saat menjadi guru sekolah dasar di Desa Papaloang, Halmahera, Maluku Utara. Ketika itu ia menjadi pendidik untuk program Indonesia Mengajar tahun 2010.
Melihat anak-anak yang hidup dengan sisa kejadian intoleransi, membuat Ayu tergerak bekerja pada isu keberagaman. Beberapa anak didiknya masih ada yang memiliki prasangka buruk dan ketakutan imbas konflik Ambon 1999.
“Saya mendukung SabangMerauke karena saya percaya bahwa toleransi itu tidak bisa hanya dibaca di buku PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan). Toleransi itu harus dialami, harus dirasakan,” kata Ayu seperti dikutip dari situs katadata.co.id.
Hingga pada akhirnya di tahun 2013 Ayu berhasil mendirikan gerakan SabangMerauke, yaitu sebuah program pertukaran pelajar antar-daerah di Indonesia untuk menanamkan nilai toleransi, pendidikan, dan ke-Indonesia-an.
3. Mendapatkan Beasiswa untuk Kuliah
Memiliki segudang hal yang dilakukan demi pendidikan anak-anak di Indonesia, Ayu mendapatkan beasiswa Keller Scholarship dan Fulbright Scholarship untuk melanjutkan kuliah di Duke University – Fuqua School of Business, Amerika Serikat. Lulus dengan gelar MBA, Ayu sempat bekerja sebagai konsultan di McKinsey selama tiga bulan pada 2014.
4. Bekerja sebagai Staf Gubernur DKI
Ayu Kartika Dewi juga pernah bekerja sebagai Staf Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada 2015, dan sempat bekerja sebagai staf di Unit Kerja Presiden (UKP4).
5. Aktif Berorganisasi
Selain itu, sejalan dengan gerakan SabangMerauke yang dibangunnya, Ayu juga aktif dalam organisasi yang fokus pada pendidikan perdamaian dan pembangunan karakter, Indika Foundation sebagai Managing Director.