Djawanews.com – Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menanggapi pernyataan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut orang luar Jawa sangat kecil kemungkinan untuk menjadi presiden.
Jamiluddin menyesalkan pernyataan seperti itu keluar dari seorang Menko Marinves. Pasalnya, mulai dari UUD hingga peraturan perundangan yang paling rendah tidak ada yang mengatur soal asal daerah capres.
"Pernyataan Luhut itu dapat menjadi pembenaran bagi kelompok tertentu yang memang dari dulu menginginkan orang Jawa harus jadi presiden di Indonesia," ujar Jamiluddin di Jakarta, Jumat, 23 September.
"Bahkan ada kelompok yang beranggapan Indonesia harus dipimpin secara bergantian dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka menilai Jawa Tengah diwakili Mataram dan Jawa Timur diwakili Majapahit," imbuhnya.
Jamiluddin mengungkapkan, saat jabatan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan berakhir, sudah terdengar penggantinya akan dari Jawa Tengah. Ketepatan pengganti SBY berasal dari Solo, Jawa Tengah, yakni Joko Widodo.
"Pola pikir itu seharusnya dikikis karena memang tidak sesuai dengan konstitusi Indonesia. Bahkan hal itu bertentangan dengan prinsip bhineka tunggal ika," katanya.
Sebagai pemimpin, Jamiluddin menilai, Luhut seyogyanya tidak mengangkat perihal itu ke publik. Sebab, hal itu dapat menyuburkan etnosentrisme di Indonesia.
"Kalau etnosentrisme menguat di Indonesia, tentu akan melanggengkan seolah-olah hanya orang Jawa yang berhak menjadi presiden. Hal itu justru akan menguatkan politik identitas yang membahayakan keutuhan NKRI," tuturnya.
"Jadi, Luhut seharusnya lebih bijak dalam melontarkan pendapatnya. Hal-hal yang berpeluang menggoyahkan keutuhan NKRI dan tak sesuai dengan perundang-undangan seyogyanya tak perlu diwacanakan ke publik," kata Jamiluddin menambahkan.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menilai, orang dari luar pulau Jawa kecil kemungkinan untuk bisa menjadi presiden. Dia menyarankan agar tokoh dari luar Jawa tidak usah berambisi manjadi Presiden.
Menurut Luhut, tokoh luar Jawa harus tahu diri. Dia bilang, masih banyak cara lain untuk mengabdi kepada negara selain menjadi presiden.
“Apa harus jadi presiden aja kau bisa mengabdi? Harus tahu diri juga lah, kalau kau bukan orang Jawa. Ini bicara antropologi. Kalau Anda bukan orang Jawa dan pemilihan langsung hari ini, udah lupain deh. Enggak usah kita memaksakan diri kita, sakit hati,” kata Luhut dikutip melalui akun Youtube RGTV Channel, Kamis 22 September.