Djawanews.com – Program kompor listrik ini dibatalkan setelah menuai kritik, termasuk dari Anggota Komisi VII DPR RI Mulan Jameela. Dikabarkan PLN membatalkan program konversi kompor berbahan bakar LPG 3 Kg ke kompor listrik.
Sebagai informasi, rencana konversi kompor gas ke listrik itu disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyana. Menurutnya, penyaluran kompor induksi akan dilakukan untuk keluarga penerima paket kompor listrik yang terdaftar di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Rencana itu akan diberikan bertahap pada tahun ini.
Paket kompor induksi itu terdiri dari satu kompor, satu alat masak, dan satu Miniature Circuit Breaker (MCB) atau jalur daya khusus untuk kompor induksi secara gratis. "Rencananya tahun ini 300 ribu (penerima). Jadi satu rumah itu dikasih satu paket, kompornya sendiri, alat masaknya sendiri, dayanya dinaikin," ujar Rida saat ditemui di Gedung DPR RI pada Selasa, 20 September.
Rencana itu kemudian menuai kritik. Salah satunya dari Mulan Jameela yang disampaikan saat rapat Komisi VII DPR RI dengan Ditjen ILMATE Kementerian Perindustrian, Rabu (21/9). Saat itu, Mulan menceritakan pengalamannya menggunakan kompor listrik. Menurutnya, kompor listrik tak cocok digunakan untuk memasak masakan Indonesia.
"Ini saya jujur ya, kapasitas saya sebagai anggota dewan dan sebagai emak-emak. Kami di rumah aja punya kompor listrik tetap tak bisa lepas dari yang gas, karena masakan Indonesia ya beda bukan masakan orang bule yang pancinya ya seukuran gitu aja," kata Mulan dalam rapat kerja Komisi VII DPR dengan Ditjen ILMATE Kemenperin pada Rabu, 21 September.
Mulan Jameela Khawatir Program Kompor Listrik Bakal Menaikkan Tagihan Listrik
Mulan meminta program konversi kompor listrik tak perlu dilakukan buru-buru. Dia mengatakan jangan sampai program yang niatnya baik malah menimbulkan masalah baru. Mulan menyoroti soal listrik yang akan digunakan. Dia khawatir penggunaan kompor listrik membuat tagihan listrik masyarakat membludak. "Masyarakat yang kekurangan daya listriknya kan 450 VA, ini kebutuhannya 1.200-1.800 watt, gede sekali," kata Mulan.
Dia mengatakan program kompor listrik sulit dilaksanakan karena masih banyak daerah yang listriknya belum tersambung. Ada juga daerah yang listriknya byarpet. Dia juga bercerita tentang aliran listrik yang tak stabil di rumahnya di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, sehingga tak kuat saat mencoba menggunakan kompor listrik. Akhirnya, kata Mulan, kompor induksinya itu rusak.
"Jadi saya juga ada pengalaman ini saya punya rumah di Cisarua. Saya punya kompor listrik di sana, karena listrik nggak stabil kayak di kota itu kompornya rusak. Padahal, nggak diapa-apain cuma karena listrik nggak stabil," cerita Mulan.
Mulan Jameela juga menilai masalah lain adalah mahalnya harga kompor induksi. Meskipun pemerintah mau memberikan seperangkat kompor secara cuma-cuma, Mulan tetap khawatir masyarakat akan kesulitan membeli wajan dan panci yang mahal harganya.
"Tadi disampaikan kompor induksi ini harganya aja Rp1,5 juta. Oke gratis. Apakah sudah termasuk wajan dan panci? Apa tersedia dalam berbagai ukuran? Belum lagi masalahnya kan wajan dan pancinya mahal-mahal," ucap Jameela.
Mulan menyarankan konversi kompor listrik jangan diarahkan ke masyarakat kurang mampu seperti yang direncanakan pemerintah. Baiknya, kompor listrik diarahkan ke masyarakat yang mampu.
"Misalnya nih kompor induksi ini diwajibkan untuk masyarakat yang memang mampu, ya mungkin bisa. Mereka sudah memang membutuhkan. Jadi bukan mereka masyarakat yang kekurangan, karena mereka secara daya listrik juga tak mampu," kata Mulan Jameela.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.