Djawanews.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan vaksin COVID-19 buatan Bio Farma dapat diproduksi massal pada Juni 2022. Targetnya, produksi untuk vaksin booster tersebut dapat mencapai 77 juta dosis.
Erick mengatakan sejak 13 Desember lalu, Bio Farma sudah melakukan uji klinis vaksin COVID-19 dan ditargetkan uji klinis fase 1, 2, dan 3 akan rampung pada awal 2022 mendatang.
Lebih lanjut, Erick menegaskan bahwa pemerintah terus mendorong penyelesaian pengembangan vaksin dalam negeri. Ia pun meyakini produksi vaksin dalam negeri mampu menekan impor vaksin.
"Alhamdulillah untuk vaksin Bio Farma sendiri sudah mulai uji klinis pada 13 Desember (2021) kemarin. Dan tentu, kita harapkan dengan uji klinis ini ke-1, 2, dan 3, kita bisa menekan impor vaksin di tahun depan. Kita siap produksi 77 juta untuk tahap awal yang bisa mulai di bulan Juli (2022)," katanya dalam acara 'groundbreaking rumah sakit Internasional Bali secara virtual, Senin, 27 Desember.
Selain menekan vaksin impor, Erick mengatakan bahwa negara akan terus berupaya menekan impor bahan baku obat hingga alat-alat kesehatan. Erick mengatakan bahwa ekosistem kesehatan menjadi kunci ketahanan ekonomi setelah pandemi COVID-19.
Saat ini, kata Erick, Kementerian telah mengkonsolidasikan perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang medis dalam satu wadah klaster kesehatan. Bio Farma sebagai holding BUMN Kesehatan akan difokuskan sebagai pengembangan vaksin.
"Karena itu kita coba sekarang bekerja sama dengan berbagai pihak apakah merupakan vaksin mRNA atau protein rekombinan yang hari ini memang masih terus kita jajaki," tuturnya.
Kemudian, lanjut Erick, Indofarma akan fokus dalam pengembangan industri herbal pada pengobatan. Menurut dia, Indonesia memiliki alam dan kultur yang mumpuni guna mengembangkan industri tersebut.
"Industri herbal sendiri kita punya kekuatan Pak, memang kita mempunyai alam dan punya kultur mengenai industri herbal ini. Karena itu Indofarma kita akan fokus pengembangan industri herbal daripada pengobatan," katanya.
Sementara, Kimia Farma akan berfokus pada produksi obat-obat generik agar masyarakat dapat dengan mudah mengakses obat murah.
"Obat generik pelan-pelan disinergikan dengan Pertamina Petrochemical untuk bahan baku obat. Salah satu (produksinya) adalah Paracetamol (dengan target) 3.800 ton per tahun," ucapnya.