Djawanews.com - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung kini disebut-sebut hanya jadi proyek jebakan China. Proyek itu belakangan menjadi sorotan publik lantaran muncul potensi pembengkakan biaya proyek hingga triliunan rupiah.
Anggapan itu disampaikan mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu. Menurutnya, proyek kereta cepat itu akan menjadi pintu masuk untuk China menguasai dan mengakuisisi berbagai infrastruktur strategis di Indonesia.
Anggapan ini pun direspons pihak Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pun buka suara. Jodi Mahardi, juru bicara Luhut, membantah argumen Said Didu. Menurut Jodi, anggapan proyek jebakan China itu tidak benar dan tak masuk akal.
Jodi menegaskan bahwa China tidak akan melakukan akuisisi proyek infrastruktur seperti tudingan Said Didu.
"Tidak benar komentar tersebut. Apalagi China akan akuisisi proyek infrastruktur lain, terlalu jauh itu. Memang proyek infrastruktur bisa dibawa pulang ke Tiongkok," ungkap Jodi.
Sebelumnya, Said Didu menyinggung soal perebutan proyek yang awalnya melibatkan China dan Jepang. Namun menurut Said, Jepang tidak menyarankan membuat kereta cepat dari Jakarta ke Bandung karena tidak layak.
Pihak China yang telah menyetujui keinginan pembangunan kereta cepat pun maju dengan biaya lebih murah. Akhirnya, proyek itu digarap dengan kerja sama Indonesia dan China. Tetapi, Said Didu menyebutkan bahwa China seolah-olah berbohong karena nilai proyek pun membengkak.
Bukan karena Lebih Murah
Jodi juga membenarkan bila proyek ini dikejar oleh Jepang dan China. Namun, bukan karena alasan lebih murah. Menurut Jodi, pemerintah memiliki evaluasi tersendiri sehingga China yang terpilih untuk bekerja sama menggarap proyek ini.
"Dulu Jepang dan China sama-sama mengejar proyek tersebut. Dan setelah dilakukan evaluasi oleh pemerintah maka diputuskan China sebagai pemenang," ungkap Jodi.
Lebih lanjut, Jodi mengatakan memang ada kenaikan biaya, namun hal itu bukan karena kelalaian China. Menurutnya, hal itu terjadi sebagai imbas dari pandemi Covid-19.
Jodi mengakui proyek ini kini dipantau langsung oleh Luhut sejak November 2019 lalu. Sejak itu, PT KCIC pun melakukan efisiensi di segala aspek selama proyek pembangunan.
Untuk diketahui, PT Kereta Cepat Indonesia China alias KCIC adalah konsorsium dari perusahaan gabungan BUMN dalam PT PSBI dan gabungan perusahaan kereta China, Beijing Yawan. Jodi menyebut bahwa cost overrun atau pembengkakan nilai proyek itu masih dalam negosiasi dan pembahasan di tingkat kementerian, BUMN sponsor, dan pemerintah.