Djawanews.com – Pengamat politik Rocky Gerung menyoroti soal Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diharuskan melakukan tes PCR sebelum bertemu dengan Pemimpin Rusia, Vladimir Putin. Ia menilai hal itu merupakan bentuk penghinaan dan ketidakpercayaan terhadap Indonesia.
Selain itu, Rocky Gerung mencurigai akibat dari tes PCR tersebut DNA Presiden Jokowi dapat dianalisis.
Sebab seperti diketahui bahwa tes PCR mengacu pada standar WHO. Jadi, mewajibkan Presiden Jokowi melakukan tes tersebut sebelum bertemu Putin merupakan simbol ketidakpercayaan.
“Lebih mencengangkan bahwa di dalam berita pak Jokowi sebagai presiden Republik Indonesia harus di PCR dulu oleh dokter Rusia. Itukan artinya penghinaan itu, masa nggak percaya dokter Indonesia," kata Rocky Gerung, dikutip dari kanal YouTube Refly Harun, Rabu 6 Juli.
"Jadi kan orang curiga sebetulnya kalau Presiden Jokowi harus di PCR di Rusia artinya Rusia bisa mengambil jaringan dari presiden dan dianalisis DNA nya," ungkapnya.
“Itu sebetulnya mesti hormati masa presiden republik disuruh tunggu di hotel sebelum ketemu Putin di PCR dulu. Dan ini hinaan juga bagi tenaga medis Indonesia. Kan standar PCR standar WHO, masa kita nggak dipercaya," tambah Rocky Gerung.
Sebelumnya, Presiden Prancis, Emmanuel Macron juga mengkhawatirkan hal yang sama yaitu pada tanggal 11 Februari 2022 lalu menolak melakukan tes PCR sebelum menemui Putin.
Menurut laporan yang dipublikasikan oleh Reuters, presiden Perancis tersebut menolak tes PCR karena takut Rusia akan mencuri DNA miliknya.
Penolakan inilah yang kemudian harus memaksa Macron duduk amat berjauhan saat menemui Putin ketika membicarakan krisis Ukraina.
Banyak foto yang saat itu beredar memperlihatkan keduanya duduk di ujung meja super panjang. Foto-foto tersebut sempat memicu satir dan spekulasi di media sosial.