Djawanews.com – Pakar Ekonomi senior, Rizal Ramli angkat bicara soal dicabutnya larangan ekspor minyak goreng oleh Presiden Jokowi. Ia menilai keputusan tersebut terkesan sembarangan.
Menurut Rizal Ramli, aturan tersebut tidak efektif karena harga minyak masih mahal, petani dirugikan, dan negara lain lebih diuntungkan.
Hal itu disampaikan Rizal Ramli melalui akun Twitter pribadinya @RamliRizal.
"Kok bikin kebijakan ngawur soal larangan ekspor: aturan tidak efektif (harga minyak goreng masih mahal, petani dirugikan, negara lain diuntungkan)," ucap Rizal Ramli, Jumat, 20 Mei.
Kemudian Rizal ramli menyingung banyak para menteri yang menjabat tidak kompeten dan sibuk untuk kampanye dan hal tersebut merugikan rakyat seakan jadi 'kelinci percobaan'
"Menteri-menteri yang tidak kompeten, dan sibuk nyopras-nyopres eh Senin, kebijakan dihapus, keterlaluan rakyat jadi kelinci coba coba," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Jokowi mencabut larangan ekspor minyak goreng dan bahan baku yang berlaku mulai 23 Mei 2022.
Jokowi menjelaskan, pencabutan larangan ekspor minyak goreng karena pasokan dan harga minyak goreng saat ini.
Selain itu pertimbangan adanya 17 juta orang tenaga di industri sawit baik petani pekerja, dan juga tenaga pendukung lainya.
"Maka saya memutuskan bahwa ekspor minyak goreng akan dibuka kembali pada Senin 23 Mei 2022," kata Jokowi, dikutip dari FIN, Kamis, 19 Mei.
Presiden menjelaskan bahwa ia sendiri dan jajarannya terus melakukan pemantauan sekaligus mendorong berbagai langkah untuk memastikan ketersediaan minyak goreng bagi masyarakat, sejak larangan ekspor diberlakukan bulan lalu.
Menurut Presiden, kebutuhan nasional untuk minyak goreng curah sekira 194 ribu ton per bulan, tetapi pada Maret sebelum larangan ekspor diberlakukan, pasokan yang ada di pasar domestik hanya mencapai 64,5 ribu ton.
"Alhamdulillah pasokan minyak goreng terus bertambah...setelah dilakukan pelarangan ekspor di bulan April pasokan kita mencapai 211 ribu ton per bulannya, melebihi kebutuhan nasional bulanan kita," katanya.
Sementara dari aspek keterjangkauan harga minyak goreng, Jokowi menyampaikan terdapat penurunan harga rata-rata nasional minyak goreng curah menjadi Rp17.200 hingga Rp17.600 per liter, turun dari sekira Rp19.800 per liter sebelum pelarangan ekspor diberlakukan.
Jokowi menegaskan bahwa penambahan pasokan dan penurunan harga tersebut merupakan buah usaha bersama pemerintah, BUMN dan juga kalangan swasta.
"Walaupun memang ada beberapa daerah yang saya tahu harga minyak gorengnya masih relatif tinggi. Tapi saya meyakini dalam beberapa minggu ke depan harga minyak goreng curah akan semakin terjangkau menuju harga yang kita tentukan karena ketersediaannya semakin melimpah," ujar Jokowi.