Djawanews.com – LinkedIn akhirnya mengumumkan akan segera menutup aplikasinya di China. Dengan demikian, sudah tidak ada lagi perusahaan teknologi Amerika Serikat (AS) yang bertahan di Negeri Tirai Bambu.
Hal ini bermula saat pemerintah China terus memperketat aturan sensor internet-nya. Microsoft mengatakan akan menutup LinkedIn karena lingkungan operasi yang jauh lebih menantang dan persyaratan kepatuhan yang lebih besar di China.
Sebagai gantinya, Microsoft akan meluncurkan situs pencarian kerja InJobs yang memiliki beberapa fitur jaringan karir LinkedIn, tetapi tidak akan menyertakan umpan sosial atau kemampuan untuk berbagi unggahan atau artikel.
"Meskipun kami telah menemukan keberhasilan dalam membantu anggota di China menemukan pekerjaan dan peluang ekonomi, kami belum menemukan tingkat keberhasilan yang sama dalam aspek sosial yang lebih banyak berbagi dan tetap mendapat informasi," ungkap Microsoft dalam blog resminya, seperti dikutip dari CBS News.
Laporan ini muncul setelah regulator internet China menyatakan kepada LinkedIn pada bulan Maret untuk memoderasi kontennya dengan lebih baik dan memberinya tenggat waktu 30 hari.
Pada saat yang sama, LinkedIn juga mengungkapkan akan menghentikan pendaftaran anggota baru di LinkedIn China karena masalah peraturan yang tidak ditentukan. Pengawas internet China pada bulan Mei telah menemukan bahwa LinkedIn, serta mesin pencari Microsoft Bing dan sekitar 100 aplikasi lainnya, terlibat dalam pengumpulan dan penggunaan data yang tidak benar, serta memerintahkan mereka untuk memperbaiki masalah tersebut.
Bulan lalu LinkedIn telah memblokir beberapa jurnalis AS di China, dengan alasan mengunggah konten terlarang di profil mereka. Beberapa akun akademisi dan peneliti juga dilaporkan telah diblokir dalam beberapa bulan terakhir.
Sebagai informasi, pada 2014 lalu LinkedIn meluncurkan situs dalam bahasa China yang disederhanakan, untuk memperluas jangkauannya di negara tersebut. Dikatakan pada saat itu bahwa ekspansi di China menimbulkan pertanyaan sulit, yang mengharuskan LinkedIn untuk menyensor konten, tetapi perusahaan berjanji akan jelas tentang bagaimana menjalankan bisnis di China dan melakukan langkah-langkah luas untuk melindungi hak dan data anggota.
Namun, LinkedIn bukan satu-satunya perusahaan teknologi AS yang menarik diri dari China. Adapun Google yang juga memutuskan untuk menutup operasinya pada 2010, setelah pemerintah China mulai menyensor hasil pencarian dan video di YouTube. Sementara, Twitter dan Facebook telah diblokir selama lebih dari satu dekade di Negara Tirai Bambu tersebut.