Djawanews.com – Gereja sempat dibuat heboh karena seorang pendeta bernama Rudi Muliadi tiba-tiba masuk islam setelah memurtadkan hampir 3000 muslim. Rudi Muliadi bersama keluarganya memeluk Islam pada 1994.
Hal itu diceritakan oleh anak kandung mantan Pendeta Rudi Muliadi, Yesi Yasika dalam kanal YouTube Ngaji Cerdas. Diketahui, Yesi adalah adik kandung Ustadz Yusuf Ismail.
"Keputusan papa memeluk agama Islam mengundang pertanyaan rekan sesama pendeta. Saat itu mereka mempertanyakan alasan mengapa Rudi Muliadi memutuskan memeluk agama Islam. Padahal, Rudi pernah menghebohkan gereja karena memurtadkan hampir 3000 muslim," kata Yesi, dikutip dari FIN, Senin 28 Maret.
Para pendeta itu datang beberapa hari setelah Rudi menjadi memeluk agama Islam.
“Karena Papa saya itu kan mantan pendeta. Jadi istilahnya para pendeta ini datang meminta konfirmasi. Kenapa pak Rudi bisa memeluk agama Islam. Waktu ada beberapa pendeta yang datang ke rumah, kita sudah panik. Karena takut papa itu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tetapi saat itu saya melihat papa tenang dan santai,” imbuhnya.
Beberapa pendeta mulai mencecar Rudi. Yesi mengaku menyaksikan langsung perdebatan antara Rudi dan para pendeta tersebut.
Awalnya, Rudi hanya diam. Dia hanya mendengarkan saja apa yang disampaikan oleh orang-orang yang datang ke rumahnya itu.
Yesi mendengar papanya dihina dan dicemooh dengan kata-kata yang tidak enak didengar telinga.
"Mereka mengatai papa saya dengan bahasa yang tidak sopan. Tapi papa saya cuma menunduk dan diam," tuturnya.
Dialog itu, lanjut Yesi, cukup lama terjadi. Mereka sudah puas menghina dan mencemooh Rudi. Tetapi, Rudi tetap diam saja.
Ada salah satu pendeta yang meminta bukti Islam adalah agama yang benar sehingga membuat Rudi memutuskan memeluk Islam.
“Bisa nggak pak Rudi memberikan bukti kalau Islam itu agama yang benar?” tukas Yesi menirukan ucapan pendeta yang bertanya ke papanya.
Ditanya begitu, Rudi menjawab bukti Islam adalah agama yang benar mengarah kepada hari kiamat kelak.
Rudi juga menyebut Nabi Isa Alaihisalam yang dianggap oleh pemeluk agama Kristen sebagai Yesus.
“Papa saya cuma bilang, saya akan berikan bukti. Tapi tidak sekarang dan juga tidak di tempat ini. Nanti pada waktu di akhirat saat hari kiamat tiba,” terang Yesi.
Rudi kembali melanjutkan perkataannya. “Caranya begini kata papa saya, kan di agama kalian diyakini bahwa Nabi Isa yang kalian anggap Yesus itu akan datang di altar gereja dengan bernyanyi glory-glory haleluya. Kalau kami di Islam itu meyakini Nabi Isa itu adalah Nabi yang diutus oleh Allah.
Rudi menyampaikan ke para pendeta bahwa Nabi Isa nanti akan turun pada hari kiamat dan akan shalat bersama umatnya di masjid.
"Itu kiamat nanti adalah pembuktian apakah Nabi Isa akan turun di Altar gereja atau di Masjid,” pungkasnya.
Atas jawaban tersebut Rudi diisukan menjadi orang yang tidak waras di kalangan para pendeta.
Saat itu, kata Yesi, dirinya sempat bertanya kepada kakak perempuannya. "Waktu itu kan kami ini belum masuk Islam.Hanya papa yang sudah Islam. Saya tanya ke kakak, kok papa berubah ya," tanya Yesi.
Setelah para pendeta itu pergi dari rumah, pada malam hari Yesi dan kakaknya menemui ayahnya.
"Kita bilang, kita mau ikut agama papa. Bahkan saat sakit pun papa tidak seperti dulu yang selalu cerewet. Beliau sabar dan bilang sakit ini bentuk kasih sayang Allah kepada papa. Mudah-mudahan sakit ini menjadi penggugur dosa-dosa papa," terang Yesi menirukan ucapan ayahnya.
Yesi menerangkan momentum Rudi Muliadi masuk Islam terjadi saat dirinya hendak memurtadkan sekeluarga muslim dengan kepala keluarga bernama Abdullah.
Saat Rudi datang ke rumah Abdullah hendak mencopot semua atribut Islam di dinding rumah, terlihat ada kaligrafi bertuliskan kalimat syahadat.
"Waktu itu, kaligrafi syahadat tersebut sudah robek. Papa tanya ini apa bacaannya. Pak Abdullah menjawab ini kesaksian kita sebagai umat Islam. Papa saya tanya lagi ini bacaannya bagaimana. Lalu Pak Abdullah mengucapkan Ayshadu Alla ilaha illallah wa ayshadu Anna Muhammadarrasulullah," lanjut Yesi.
Namun, karena tidak tahu artinya, Rudi kembali bertanya. "Artinya apa. Dijawab oleh Pak Abdullah aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Oh baik, lalu dicopot oleh papa saya," terangnya.
Saat pulang, telinga Rudi seolah-olah terus mendengar kalimat syahadat tersebut. Ini terjadi selama tiga bulan.
"Awalnya papa sempat berpikir apa dirinya kerasukan. Tetapi kemudian papa punya pikiran kenapa saya tidak cari tahu siapa Allah dan siapa Muhammad," jelasnya lagi.
Rudi pergi ke toko buku di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat. Dia mencari tahu Allah SWT dan Muhammad SAW melalui buku.
"Kalau tidak salah buku yang dibeli oleh papa judulnya kehidupan setelah kematian. Buku sudah dibaca sampai habis tapi masih juga belum menemukan. Akhirnya papa saya mempelajari Alquran terjemahan," papar Yesi.
Setelah selesai membaca Alquran, Rudi bertanya ke beberapa ustadz yang dikenalnya. Sampai akhirnya Rudi memutuskan masuk Islam dengan mengucapkan syahadat.