Djawanews.com – Penunjukan Maudy Ayunda sebagai Juru Bicara kepresidenan di G-20 mendapat kritikan dari media asing. Maudy dinilai belum memiliki pengalaman untuk menjadi jubir dalam forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU) tersebut.
Keputusan pemerintah Indonesia menunjuk Maudy Ayunda sebagai jubir G-20 hanya sebagai bentuk kesombongan.
"Adalah serangkaian janji kesombongan yang dibuat pemerintah sebagai bagian dari upaya untuk terhubung dengan populasi muda," tulis media Bloomberg, dikutip dari dari FIN, Senin 18 April.
Ayunda disebut tidak punya pengalaman diplomatik. Dia mengambil peran untuk berbicara pada 31 Maret 2022 lalu.
Dalam pembicaraannya, dia tampaknya mengabaikan pertanyaan tentang kehadiran Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Penyelenggara justru mengatakan kepada wartawan untuk bertanya tentang kepribadiannya sebagai gantinya.
"Sebagai bagian dari tim juru bicara, perannya adalah untuk melaporkan hasil pertemuan G-20 yang relevan dengan Indonesia sementara isu-isu sensitif akan ditangani oleh perwakilan lain," kata Ayunda menanggapi pertanyaan Bloomberg.
Peneliti politik Badan Riset dan Inovasi Nasional, Wasisto Raharjo menilai, memilih Ayunda untuk mewakili kaum generasi millenial hanya merupakan strategi pemerintah untuk meredam kritikan dari kalangan muda.
"Pelantikan simbolis ini merupakan bagian dari upaya meredam kritikan kaum muda terhadap isu-isu kritis, seperti pekerjaan dan pelayanan publik,” katanya.
"Penjangkauan pemerintah condong ke kaum muda perkotaan yang memiliki hak istimewa – jenis milenium yang sesuai dengan ide yang ingin mereka promosikan – sementara meninggalkan mayoritas yang berpenghasilan menengah ke bawah dan tinggal di daerah pedesaan," sambungnya.