Djawanews.com – Ketegangan antara Amerika Serikat dan China semakin memanas. Pada Kamis waktu setempat, Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat mengumumkan adanya pembentukan unit baru yang fokus pada China. Dalam kesempatan itu, CIA juga menyebutkan tantangan keamanan nasional yang ditimbulkannya.
Pusat Misi China (CMC) dibentuk untuk mengatasi tantangan global yang ditimbulkan oleh Republik Rakyat China yang melintasi semua wilayah misi Badan, kata CIA dalam sebuah pernyataan.
Direktur CIA William Burns menekankan, ancaman itu berasal dari pemerintah China, bukan rakyatnya bahwa tujuannya adalah untuk menyatukan pekerjaan yang dilakukan agen mata-mata di China.
"CMC akan semakin memperkuat kerja kolektif kita pada ancaman geopolitik terpenting yang kita hadapi di abad ke-21, pemerintah China yang semakin bermusuhan," ujar William Burns mengutip Reuters 7 Oktober.
Selain itu, Burns mengatakan CIA akan terus fokus pada Rusia yang agresif, Korea Utara yang provokatif dan Iran yang bermusuhan.
Terpisah, seorang pejabat senior CIA membandingkannya dengan fokus ketat badan tersebut pada Rusia selama Perang Dingin dan konsentrasinya pada kontra-terorisme setelah serangan 9/11. Tidak ada unit seperti itu yang secara eksplisit berfokus pada China sebelumnya telah dibentuk.
Dalam bulan-bulan pertama Pemerintahan Presiden Joe Biden, hubungan dengan Beijing memburuk karena perbedaan mendalam dalam banyak masalah, termasuk hak asasi manusia, Hong Kong dan Laut Cina Selatan. Tetapi pejabat tinggi dari kedua negara bertemu minggu ini untuk meningkatkan komunikasi dan mengatur panggung untuk pertemuan virtual presiden pada akhir tahun.
Unit China adalah salah satu dari beberapa reshuffle yang dihasilkan dari tinjauan luas yang diluncurkan badan tersebut musim semi lalu, kata pejabat senior, yang berbicara dengan syarat anonim.
Langkah lain termasuk menggabungkan Pusat Misi Iran yang didirikan oleh Pemerintahan Donald Trump menjadi unit Timur Tengah yang lebih luas dan menggabungkan unit yang berfokus pada Korea dengan unit Asia-Pasifik Timur yang lebih luas, terang pejabat itu.
Burns mengatakan CIA juga menciptakan posisi untuk Chief Technology Officer serta kantor baru yang disebut Transnational and Technology Mission Center. Unit ini, kata pejabat senior, akan memungkinkan badan tersebut untuk lebih fokus pada isu-isu seperti kesehatan global, perubahan iklim, bencana kemanusiaan dan gangguan yang disebabkan oleh teknologi baru.
Pejabat senior tersebut menambahkan, CIA juga terus mengawasi penyakit misterius 'Sindrom Havana' yang banyak mempengaruhi diplomat dan staf CIA.
"Dengan model otokratis yang secara agresif berusaha untuk mengekspor dan kapasitas teknologi yang berkembang pesat, China merupakan tantangan besar bagi Amerika Serikat dan masa depan nilai-nilai demokrasi," ujar Ketua Komite Intelijen DPR dari Demokrat Rep Adam Schiff yang menyambut baik langkah Direktur CIA.