Djawanews.com – Dalam sebuah pertemuan Komisi Militer Pusat baru-baru ini, Presiden China Xi Jinping menginstruksikan tentara negara itu untuk meningkatkan tekanan militer di wilayah barat daya Taiwan.
Pertemuan itu berlangsung setelah enam negara demokratis termasuk Amerika Serikat dan Jepang melakukan latihan militer bersama di dekat Taiwan awal bulan ini yang melibatkan tiga kapal induk.
Sejumlah besar pesawat tempur militer China telah memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan sejak Jumat lalu, dalam upaya nyata untuk melawan latihan militer yang dilakukan oleh Inggris, Kanada, Jepang, Belanda, Selandia Baru dan Amerika Serikat.
Presiden Xi Jinping diyakini berpikir, latihan militer di perairan barat daya Okinawa, prefektur paling selatan Jepang, dirancang untuk mencegah China menyatukan Taiwan yang demokratis dengan daratan dan dari mendapatkan Kepulauan Senkaku yang dikuasai Tokyo, yang diklaim oleh Beijing.
Pada Hari Senin, Amerika Serikat mengkritik pemerintah yang dipimpin Presiden Xi atas penyusupan 56 pesawat militer China ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan, dengan mengatakan hal itu merusak perdamaian dan stabilitas regional.
Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, Amerika Serikat mendesak China untuk menghentikan tekanan dan paksaan militer, diplomatik, dan ekonominya terhadap Taiwan.
"Komitmen kami untuk Taiwan sangat kokoh dan berkontribusi pada pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan di kawasan itu," kata Psaki, mengutip Kyodo News 5 Oktober.
Serangan oleh pesawat-pesawat militer, rekor satu hari sejak pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu mulai mengungkapkan angka-angka tersebut pada September tahun lalu, menjadikan 149 jumlah pesawat yang telah menyusup sejauh ini ini.
Dunia internasional melihat China melanggar perdamaian regional dan menekan Taiwan, Perdana Menteri Su Tseng-chang mengatakan Selasa, menyerukan rakyatnya untuk bersatu dan memperkuat pulau itu.
"Di Komisi Militer Pusat, Presiden Xi, panglima angkatan bersenjata, mengatakan China harus menunjukkan bahwa mereka "selalu siap untuk berperang. Tetapi dalam kenyataannya, daratan ingin menghindari konfrontasi langsung dengan Amerika Serikat," ujar sumber tersebut.
Pada Maret 1996, Presiden Amerika Serikat saat itu Bill Clinton memerintahkan dua kelompok tempur kapal induk ke perairan lepas pantai selatan Taiwan, untuk mengatasi ancaman China terhadap pulau itu sebelum pemilihan presiden pertamanya.
Untuk diketahui, China dan Taiwan telah diperintah secara terpisah sejak mereka berpisah pada tahun 1949 sebagai akibat dari perang saudara. Hubungan mereka telah memburuk sejak Tsai Ing-wen yang berpihak pada kemerdekaan menjadi presiden Taiwan pada 2016. Daratan menganggap pulau itu sebagai provinsi yang membangkang.