Djawanews.com – Yogyakarta jadi salah satu provinsi yang menerapkan work from home (WFH) selama masa pandemi Covid-19. Dengan adanya aturan ini, para pekerja diminta untuk bekerja dari rumah dan memaksimalkan bekerja secara online. Namun, yang ditakutkan dari WFH ini adalah adanya tingkat kehamilan yang tinggi di kalangan masyarakat.
Kehamilan di masa pandemi Covid-19 dinilai rentan terhadap ibu dan sang bayi. Karena alasan ini pemerintah mengimbau kepada masyarakat untuk menghidari kehamilan hingga pandemi selesai. Bagaimana dengan Yogyakarta?
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Yogyakarta Emma Rahmi Armiani, Selasa (14/7/2020), telah mengantongi data tingkat kehamilan di Jogja.
Di depan wartawan ia mengatakan bahwa berdasarkan data yang diperoleh kader KB, angka kehamilan di Yogyakarta dinilai masih stabil, tak ada kenaikan kehamilan yang signifikan.
“Jumlah kehamilan di Kota Yogyakarta hingga Mei tercatat sebanyak 1.185 kehamilan dari 35.341 pasangan usia subur. Sedangkan pada tahun lalu tercatat sebanyak 1.370 kehamilan dari 38.951 pasangan usia subur,” jelas Armiani.
Armiani juga menjelaskan bahwa keadaan ini cukup stabil jika dibanding tahun lalu. Sedangkan imbauan yang diberikan BKKBN untuk menunda kehamilan di masa pandemi menurutnya cukup beralasan.
Armiani menilai, penurunan daya tahan tubuh sangat rentan terjadi pada kondisi hamil. Padahal saat ini daya tahan tubuh sangat penting untuk melawan Covid-19.
Saat kondisi hamil, kondisi kesehatan harus dijaga dengan serius. Selain itu ibu hamil juga harus fit untuk mengurangi risiko terinveksi Covid-19, baik bagi ibu hamil maupun bayi. Dengan rendahnya tingkat kehamilan di Yogyakarta, berarti ikut mengurangi persebaran Covid-19.