Djawanews.com – Demokrasi mengalami degradasi di Indonesia, beberapa politisi mengatakan kalau ini adalah kesalahan Presiden RI, Joko Widodo.
Selama beberapa tahun terakhir, para ilmuwan politik asing cenderung melontarkan nada pesimistis terkait perkembangan Indonesia. Pesimisme tersebut khususnya terkait perkembangan di bidang sosial, demokratisasi serta Hak Asasi Manusia (HAM).
Hal itu disampaikan Manajer Program Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad dalam Webinar Moya Institute bertajuk “Dua Tahun Jokowi-Ma'ruf Amin: Capaian, Harapan dan Tantangan” pada Senin 18 Oktober 2021.
Bahkan sampai sekaran di berbagai platform media sosial seperti Twitter dan Instagram banyak netizen menyuarakan demokrasi mengalami degradasi, namun apa benar?
Sedangkan kata Saidiman, hal berbeda disuarakan oleh beberapa pengamat lain yang juga dari luar negeri. Mereka pada umumnya memberikan apresiasi terhadap pencapaian-pencapaian pemerintahan Presiden Jokowi di sektor ekonomi, seperti keterbukaan ekonomi dan pembangunan infrastruktur.
Demokrasi Mengalami Degradasi? Tapi Sektor Ekonomi Berkembang
“Profesor dari National University of Singapore, Kishore Mahbubani, misalnya, melalui sebuah artikel menyatakan Presiden Jokowi sebagai pemimpin jenius. Dia mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi cukup berhasil menurunkan ketimpangan sosial melalui berbagai program pro rakyat,” papar Saidiman.
Saidiman menjelaskan kalau Mahbubani juga pernah mengatakan bahwa reformasi ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi cukup berhasil.
“Indikator-indikator keberhasilan itu antara lain terbitnya Undang-undang Cipta Lapangan Kerja serta pembangunan infrastruktur yang dahsyat di berbagai daerah,” ungkap Saidiman.
Akan tetapi, bukan berarti tidak ada suara-suara pesimistis terhadap Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi. Umumnya, pesimisme ini dilandasi penilaian bahwa sedang terjadi degradasi demokrasi di era Presiden Jokowi.
“Dosen University of Sydney, Thomas Power misalnya, menyebut 'Jokowi Authoritarian'. Dia melihat Pemerintahan Presiden Jokowi ini ada kecenderungan menuju otoritarianisme. Kemudian ada juga peneliti politik Edward Aspinall dan Marcus Mietzner dari Australian National University di Canberra, yang melihat rezim cenderung menggunakan 'jargon' menjaga pluralisme dengan cara-cara 'iliberal',” demikian Saidiman.
Pesimisme mengenai era pemerintahan Jokowi memang mengarah pada demokrasi mengalami degradasi, apalagi dengan adanya UU ITE. Namun menyalahkan seseorang memang jauh lebih mudah daripada memperbaiki bersama-sama.
Untuk mendapatkan warta harian terbaru lainya, ikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.