Djawanews.com – Dalam Kegiatan pidatonya segaligus pemberian arahan pada kader partainya di acara pucak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-49 Pdi-P yang digelar secara daring pada Senin (10/1). Ketua Umum DPD PDI-P Megawati Soekarnoputri kembali menyinggung Provinsi Sumatera barat.
Awalnya, Megawati menyebutkan beberapa wejangan dari ayahnya, Presiden pertama RI Soekarno bahwa perjuangan melawan penjajah tidak lebih sulit dibandingkan melawan bangsa sendiri.
Menurut Megawati, pernyataan Soekarno tampak relevan dengan kondisi yang dialami bangsa Indonesia saat ini, terkhusus di Sumatera Barat. Sebab, Presiden ke-5 RI itu mempertanyakan adat istiadat dari Sumatera Barat yang kini tidak terlihat lagi olehnya.
Adapun adat istiadat yang dimaksud adalah Ninik Mamak. Megawati mempertanyakan hal tersebut kepada tokoh Muhammadiyah sekaligus tokoh Sumatera Barat, Ahmad Syafii Maarif (Buya).
"Saya sering bicara dengan Buya, Syafii Maarif karena beliau juga di dewan pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Saya tanya, kenapa sih Sumatera Barat menjadi berubah ya, Buya? Bukankah sudah tidak adakah yang namanya tradisi bermusyawarah mufakat oleh Ninik Mamak itu?" kata Megawati dalam pidatonya, Senin. Dilansir dari Kompas.com.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa Sumatera Barat yang kini dilihatnya justru terasa sepi dibandingkan dahulu. Hal itu lalu ditanyakan Megawati kepada masyarakat Sumatera Barat. Ia mengajak masyarakat Sumatera Barat untuk menjawab pertanyaannya mengapa daerah itu kini terasa sepi dan ihwal tradisi Ninik Mamak.
Tahun 2020 Rakyat Sumbar disebut belum suka PDI-P. Pada Rabu (2/9/2020), saat memberikan pengarahan kepada pasangan calon Pilkada 2020, Megawati menyinggung Sumatera Barat. Kala itu, ia mengaku heran karena rakyat Sumatera Barat hingga kini belum sepenuhnya mau menerima PDI-P.
"Kalau saya melihat Sumatera Barat itu, saya pikir kenapa ya rakyat di Sumatera Barat itu sepertinya belum menyukai PDI-P, meskipun sudah ada daerah yang mau ada DPC atau DPD," ujar dia.
Ia juga mengatakan bahwa hal tersebut justru akan menyulitkan PDI-P ketika menentukan calon kepala daerah di Sumatera Barat. Lantas Megawati mengaitkan kondisi itu dengan kenyataan bahwa Sumbar justru memiliki banyak tokoh yang bergelar pahlawan.
"Padahal kalau kita ingat sejarah bangsa, banyak orang dari kalangan Sumbar yang menjadi nasionalis yang pada waktu itu kerja sama dengan Bung Karno (Soekarno), Bung Hatta (Moh Hatta). Bung Hatta kan sebenarnya datang dari Sumbar," ungkap dia.
Tahun 2021 Sumbar berbeda Setahun berselang, Megawati kembali menyinggung Sumbar dalam pidatonya di acara perayaan HUT ke-199 Proklamator RI Mohammad Hatta, Kamis (12/8). Dikutip Kompas.tv, Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu mengaku memerhatikan perkembangan yang terjadi di Sumatera Barat.
Sama seperti pidatonya kemarin, saat itu, Megawati menyebut wilayah Sumbar kini telah berbeda dengan dahulu yang dia kenal. Dia juga mengaku menyampaikan hal tersebut pada Buya Syafii.
"Setelah ke sini, saya mulai berpikir, saya sering berdiskusi karena di BPIP ada Buya Syafii, saya tanya sama beliau, mengapa Sumatera Barat yang dahulu saya kenal, sepertinya sudah mulai berbeda?" tanya Megawati.
Tak sampai disitu, ia juga mengaku sempat bingung ketika dirinya dan Ketua DPR Puan Maharani mengalami perundungan. Hal ini karena Puan, yang juga merupakan anak Megawati itu mengeluarkan pernyataan mengandung polemik terkait Sumatera Barat pada Pilkada 2020.
"Suatu waktu, saya, Mbak Puan di-bully, saya sampai bingung. Kenapa saya di-bully?," ungkap dia. Adapun ucapan Puan yang menimbulkan reaksi negatif dari warga Sumatera Barat adalah ketika pengumuman rekomendasi PDI-P untuk Pilkada 2020. Saat itu, Rabu (2/9/2020), Puan mengungkapkan harapannya untuk Sumatera Barat agar menjadi provinsi yang memang mendukung Pancasila.
Baca artikel terkait Megawati Soekarnoputri. Simak berita menarik lainnya hanya di Djawanews dan ikuti Instagram Djawanews.