Djawanews.com – Bharada Eliezer yang telah ditetapkan menjadi tersangka lebih dahulu memberikan pengakuan baru yang membongkar fakta-fakta dari ´skenario palsu´ sebelumnya tentang kasus pembunuhan Brigadir Yosua atau Brigadir J di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo yang berlokasi di Duren III, Jakarta Selatan.
Setelah ditetapkan menjadi tersangka, Richard Eliezer atau Bharada E perlahan membuka suara terkait kebenaran yang terjadi dalam insiden adu tembak di kediaman mantan Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo Ternyata dalam pengakuan Bharada E, tidak ada kejadian adu tembak antara dirinya dan Brigadir J. Hal tersebut disampaikan oleh kuasa hukum baru Bharada E, Deolipa Yumara.
Setelah berkonsultasi dengan Deolipa, Bharada Eliezer mengakui bahwa keterangan yang selama ini ia sampaikan dalam penyidikan ternyata banyak kebohongan. "Salah satunya disampaikan skenario tembak-menembak, Bharada E karena bela paksa, ditembak oleh Brigadir J, kemudian dia membalas. Itu salah satunya, ternyata tidak begitu kejadiannya," jelas Deolipa.
Namun menurut Deolipa, bukan tanpa sebab kliennya membuat pengakuan bohong selama pemeriksaan. Hal tersebut terpaksa ia lakukan karena ada tekanan dari luar yang mengharuskan Bharada E untuk mengikuti skenario yang telah dibuat oleh atasan.
Bharada Eliezer Berada dalam Kondisi Tertekan Ketika Peristiwa Tewasnya Brigadir J
Lebih lanjut Deolipa juga menjelaskan bahwa Bharada E situasinya dalam tekanan. Oleh karena itu, kliennya tersebut tak berani mengungkapkan kebenaran. Selain itu, Deolipa juga menjelaskan bahwa sebenarnya Bharada E memang bukan polisi yang mahir dalam menembak.
“Yang kedua Bharada E dibilang jago tembak, ndak begitu juga kejadiannya. Jadi banyak hal yang tidak konsisten, ya, kalau kejahatan ya begitu, tidak konsisten kalau ditutup-tutupi,” jelasnya.
Dalam keterangan lain, Deolipa menyatakan kliennya telah mengatakan pernyataan jujur soal perintah melakukan tindak pidana pembunuhan. Bharada Eliezer mengakui bahwa ia melakukan hal tersebut karena diperintah oleh atasannya.
"Enggak. Bukan (bukan ajudan). Dia diperintah oleh atasannya langsung. Atasan yang dia jaga," ujar Deolipa seusai dikonfirmasi, Minggu (7/8). "Perintahnya, ya, untuk melakukan tindak pidana pembunuhan," tambahnya.
Kuasa hukum Bharada E Deolipa Yumara mengatakan bahwa kliennya tak bisa menolak perintah dari atasannya karena adanya keharusan untuk patuh kepada atasan. Deolipa menilai hal tersebut sangat wajar. "Ya namanya kepolisian, dia harus patuh perintah sama atasan, kita juga kalau jadi karyawan patuh perintah sama pimpinan kita kan, sama sajalah," kata Deolipa Yumara pada Senin, 8 Agustus.
Sebelumnya, pengacara Bharada E lainnya Muhammad Boerhanuddin membenarkan jika Bharada E yang menembak pertama Brigadir J.
Namun, dia memastikan setelah itu ada pelaku lain yang menembak dan tidak ada penganiayaan sebelum Brigadir J tewas. "Nembak pertama Bharada E, selanjutnya ada pelaku lain. tidak ada," imbuhnya.
Sebelumnya diketahui, Bareskrim Polri telah menetapkan Bharada Eliezer sebagai tersangka terkait laporan polisi pihak keluarga Brigadir J. Bharada E disangkakan Pasal 338 juncto Pasal 55 dan 56 KUHP.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.