Djawanews.com – Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Yogyakarta dan Magelang, Jawa Tengah mengalami erupsi pada 21 Juni 2020. Hal tersebut menimbulkan dampak yang cukup signifikan.
Kepala Seksi Gunung Merapi, Balai Penyeledikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso, mengatakan akibat erupsi tersebut terjadi deformasi (perubahan bentuk pada permukaan tubuh gunung api) yang cukup siginifikan di sektor barat laut sebesar 3 cm.
“Ada perubahan deformasi arah barat laut 3 sentimeter tapi belum ada dampak morfologi di puncak,” kata Agus dalam seminar daring yang membahas kabar terkini merapi, Rabu (1/7/2020).
Dia menjelaskan, perubahan deformasi Gunung Merapi di arah barat laut 3 sentimeter ini menjadi indikasi bahwa ada tekanan magma dari dalam gunung dan domninasi ke arah barat laut atau arah Magelang, Jawa Tengah.
“Ini membuktikan wilayah barat laut lebih meningkat ancaman bahaya di waktu-waktu yang akan datang, tapi belum nyata, karena belum muncul dipermukaan jadi kami masih menunggu data pemantauan,” terang Agus.
Sementara itu, Kepala BPPTKG, Hanik Humaida yang juga menjadi narasumber dalam seminar daring tersebut, meminta masyarakat yang bermukim di Sleman, Yogyakarta, untuk tetap waspada.
Pasalnya, kondisi Merapi saat ini potensi bahaya lebih besar tetap berada di Sleman, tepatnya di Kali Gendol.
“Potensi bahaya yang besar masih ke kali Gendol,” ungkap Hanik.
Kini, Gunung Merapi berada dalam status waspada yang ditetapkan sejak 21 Mei 2018.