Djawanews.com—Melihat tidak adanya alat rapid test buatan dalam negeri, para peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Unair), dan Laboratorium Hepatika berkolaborasi menciptakan sebuah alat rapid test yang diberi nama Republik Indonesia Gadjah Mada Hepatika Airlangga (RIGHA).
Rapid Test Buatan Dalam Negeri Lebih Baik dari Rapid Test yang Beredar
Dilansir Djawanews dari laman Kompas, berdasarkan penjelasan dari Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM Sofia Mubarika Haryana, proyek pembuatan alat tes ini sudah didiskusikan sejak Maret 2020 lalu ketika pandemi Covid-19 mulai merebak di Indonesia.
Sofia menjelaskan sebenarnya proyek pembuatan rapid test ini diperkirakan bisa selesai hanya dalam dua minggu. Namun hal itu tertunda karena harus menunggu antigen yang dibeli dari Wuhan yang akhirnya bisa sampai ke Indonesia pada Mei 2020 dan baru bisa digunakan pada pertengahan Mei setelah melalui proses bea cukai yang panjang.
Dan benar saja, hanya butuh waktu 2 minggu alat itu selesai pada akhir 2020 dan diujikan untuk skala laboratorium pada 40 sampel libangkes dari pasien positif Covid-19 yang sudah dikonfirmasi menggunakan PCR. Hasilnya sangat memuaskan karena ternyata rapid test buatan sendiri tersebut memiliki sensitivitas 98 persen lebih baik dibandingkan rapid test yang sekarang beredar.
“Dari 40 itu, kita mendapat sensitifitas 98 persen. Kalau rapid test yang beredar itu kualitasnya macem-macem, ada yang sangat jelek, ada yang cuma 30 persen, tapi ada juga yang bagus. Harganya juga lebih dari Rp 100 ribuan semua,” jelas Sofia.
Proses pengujian selanjutnya dilanjutkan ke tahap uji spesifitas yang dilakukan pada 100 serum di RSUD Mataram. Hasilnya, diketahui alat tersebut memiliki spesifitas IgM 98 persen dan IgG 100 persen yang berarti bahwa hasilnya sudah sangat bagus.
Namun, semua itu masih belum cukup, alat rapid test ini harus melalui uji lapangan terlebih dahulu. Sofia mengatakan, uji lapangan dilakukan di beberapa rumah sakit dan puskesmas di lima kota, yaitu Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, dan Makassar. Alasan uji lapangan dilakukan di beberapa kota adalah untuk menghindari hasil yang bias.
“Jadi itu yang saat ini kita lakukan dan kelihatannya apa yang sudah berjalan nanti mudah-mudahan segera uji validasi akurasi untuk lapangan ini bisa diperoleh. Hasil sementara bagus. Tim di Surabaya mengatakan hasilnya konsisten,” jelas Sofia.
Jika nanti hasil lapangan juga menunjukkan hasil yang positif, maka segera alat rapid test buatan negeri sendiri ini akan diproduksi dalam skala besar.
Ikuti juga berita-berita terbaru dan menarik lainnya, dari dalam dan luar negeri, yang dibahas Djawanews di sini.