Djawanews.com – Berdalih Iran telah melanggar semua batas dalam program nuklir, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett bersumpah tidak akan membiarkan Teheran memperoleh senjata nuklir.
Ini disampaikan PM Bennett dalam pidato perdananya di Majelis Umum PBB Senin kemarin. Dikatakannya, Iran berusaha mendominasi Timur Tengah di bawah 'payung nuklir' mendesak upaya internasional yang lebih terpadu untuk menghentikan kegiatan nuklir Iran.
Tetapi, dia juga mengisyaratkan potensi Israel untuk bertindak sendiri terhadap Iran, sesuatu ancaman yang telah berulang kali disampaikan.
"Program nuklir Iran telah mencapai titik penting dan begitu juga toleransi kita. Kata-kata tidak menghentikan sentrifugal berputar. Israel tidak akan membiarkan Iran memperoleh senjata nuklir," sebut PM Bennett mengutip Reuters 28 September.
Sementara, Duta Besar PBB untuk Iran yang telah membantah negaranya tengah mencari bom nuklir, menolak pidato Bennett dan menyebutnya sebagai penuh kebohongan.
PM Bennett diketahui menentang upaya Amerika Serikat untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015, yang ditinggalkan oleh pendahulu Presiden Joe Biden, yakni mantan Presiden Donald Trump pada 2018.
Pembicaraan tidak langsung Washington dengan Teheran di Wina, Austria terhenti, seiring dengan naiknya presiden baru Iran, Ebrahim Raisi, membuat Gedung Putih menunggu langkah dari politisi garis keras Iran tersebut.
Berbeda dengan perdana menteri pendahulunya, Benjamin Netanyahu, PM Bennett memberikan nada yang kurang agresif di PBB. Netanyahu sering mengandalkan alat peraga untuk mendramatisasi tuduhannya terhadap Iran, sebuah pendekatan yang dicemooh oleh para kritikus sebagai aksi politik.
Tetapi, PM Bennett sama bersikerasnya dengan Netanyahu dalam berjanji untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencegah Iran, yang dipandang Israel sebagai ancaman eksistensial, dari membangun senjata nuklir.
"Program senjata nuklir Iran berada pada titik kritis. Semua garis merah telah dilewati," tegas PM Bennett.
"Jika kita berusaha keras, jika kita serius menghentikannya, jika kita menggunakan akal kita, kita bisa menang," sambungnya, menyeru aksi internasional.
Tak hanya itu, PM Bennett juga membidik Raisi, menyebutnya sebagai 'penjagal Teheran' dan menuduhnya melakukan pelanggaran hak asasi manusia selama bertahun-tahun. Presiden Raisi diketahui berada di bawah sanksi AS atas tuduhan pelanggaran hak ketika dia menjadi hakim.
"Phobia Iran merajalela di PBB," Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi dalam unggahannya di Twitter, menanggapi tudingan yang diarahkan kepada Iran.
"Israel tidak dalam posisi untuk membahas program damai kami ketika memiliki ratusan hulu ledak nuklir," katanya, merujuk pada status Israel yang diyakini secara luas sebagai satu-satunya negara bersenjata nuklir di Timur Tengah.