Djawanews.com – Kabar Bangladesh akan lockdown ketat berskala nasional mulai awal Juli ini menyebabkan orang-orang menuju pelabuhan feri di Dhaka untuk meninggalkan ibu kota.
Lockdown akan mengunci orang-orang di rumahnya selama tujuh hari dan tidak diizinkan keluar kecuali keadaan darurat. Hal ini membuat orang-orang memutuskan meninggalkan Ibu Kota Dhaka dan menuju kampung halaman mereka di kota lain maupun di pedesaan.
Belakangan memang kasus COVID-19 melonjak di Bangladesh dan hal ini tidak terlepas dari varian Delta yang pertama kali ditemukan di negara tetangganya, India.
Di mana gelombang virus terbaru di Bangladesh dimulai sekitar enam pekan lalu. Pada 15 Mei ada 261 kasus baru dan 22 kematian dilaporkan.
Pada hari Jumat ada 5.869 kasus baru dan 108 kematian yakni jumlah kematian harian tertinggi kedua di negara itu sejak terjadi pandemi.
Banyak rumah sakit kewalahan dengan membanjirnya pasien. Mereka berjuang untuk mengatasi persoalan ini, utamanya di wilayah yang berada di perbatasan dengan India.
Karena hal tersebut lockdown pada mulanya akan dimulai pada hari Senin, tetapi saat ini ditunda hingga Kamis. Namun para pejabat mengatakan sejumlah pembatasan masih akan mulai berlaku pada Senin ini.
Namun kebijakan tersebut justru membuat kerumunan orang yang sangat berbahaya di kondisi pandemi yang melanda negara tersebut.
Beberapa layanan feri telah beroperasi 24 jam sehari, dengan lebih dari 1.000 penumpang berdesakan di setiap perjalanan.
Seorang pejabat kepolisian Inspektur Polisi Mohammad Raza mengatakan:
"Kami tidak ingin mereka memadati feri, tetapi mereka tidak mendengarkan. Mereka saling bergegas."
Juru bicara Departemen Kesehatan, Robed Amin, mengatakan bahwa polisi dan penjaga perbatasan akan dikerahkan guna menjalankan kebijakan tersebut dan menyetop masyarakat yang meninggalkan rumahnya.
"Ini adalah situasi yang berbahaya dan mengkhawatirkan. Jika kita tidak menahannya sekarang, kita akan menghadapi situasi seperti India," Ujarnya.